Maraknya polemik yang terjadi di negeri kita pada saat ini semakin membesar, seperti halnya bola salju yang kian membesar. Berawal dari seorang pemimpin daerah yang telah menistakan agama Islam lewat pidatonya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta yang mengutip Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 51 hingga aksi bela ulama, bela Palestina.
Beragam aksi ditunjukkan di berbagai daerah demi membela agamanya dan sampailah pada puncak aksi bela islam yang digelar di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2016 lalu atau biasa dijuluki dengan aksi 212. Setelah tujuan aksi ini tercapai, ternyata para peserta aksi 212 tetap menjaga persatuan umat dengan menggelar aksi terkait isu agama. Seperti aksi tolak perppu ormas, dukungan terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bela ulama, dan bela Palestina. Bahkan umat Islam mengadakan reuni aksi 212 awal Desember kemarin.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai lewat acara Reuni Alumni 212, para tokoh tengah berupaya memelihara eksistensinya (CNNIndonesia.com,26/11).
 Selain mempertahankan eksistensi mereka juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka akan selalu membela islam. Mereka ingin keberadaannya diketahui oleh masyarakat. Walau menuai pro dan kontra, reuni aksi bela islam 212 sudah dilaksanakan dengan aman. Tidak ada aktivitas anarkis, vandalis dan yang semisalnya.
Hal ini membuktikan bahwa adanya Aksi Bela Islam dapat menjadikan umat, terutama umat islam semakin peka dengan kondisi sesama muslim. Tidak lagi memandang kelompok, suku, fiqh yang berbeda. Ketika ada ulama yang dikriminalisasi, ormas islam yang dipersekusi, dan bahkan negara muslim yang didzalimi, umat Islam di Indonesia yang katanya mayoritas ini tidak akan tinggal diam. Umat islam di Indonesia mampu melawan dengan cerdas, berani menyuarakan kebenaran, juga menolak kedzaliman.
Gelora semangat yang terlihat dari antusiasme umat mengikuti setiap aksi bela islam menggambarkan bahwa umat rindu akan persatuan. Hanya saja, persatuan hakikilah yang kita harapkan. Bukan persatuan yang temporal, ketika momen tertentu. Persatuan hakiki ini akan terjadi ketika diikat oleh tali keimanan kepada Allah swt. mencintai semua aturan-Nya, dan rindu akan penerapan aturan tersebut. Semoga Allah segera menyatukan semua umat muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, dalam ridho dan keberkahan dari-Nya.
Wallahu a'lam bi shawwab.
By. Silmi Kafhah