Mohon tunggu...
Luqna HaliyaSyafa
Luqna HaliyaSyafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Gizi UIN Walisongo Semarang

Mahasiswi Gizi Prodi Gizi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Hajatan Pasca Lebaran

23 Mei 2021   16:00 Diperbarui: 23 Mei 2021   15:59 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biasanya jika tuan rumah kekurangan tenaga, mereka biasa menyewa beberapa orang untuk memasak makanan yang biasa disebut "Berkat".

Berkat dalam masyarakat jawa biasanya menggunakan cepon plastik, ember, atau mungkin dalam bentuk piti.

Di dalamnya biasanya terdapat nasi, mie goreng rebus, telur asin atau telur ayam, tahu dan tempe goreng, ikan goreng, tempe kecek, atau makanan lainnya. Sesuai dengan kemampuan si pemilik hajatan.

Tidak sedikit masyarakat yang menggelar hajatan, bahkan masyarakat berdampinganpun melakukan hajatan di hari yang sama dengan acara yang sama.

Itulah mengapa hajatan diadakan bersama pasca lebaran, sehingga orang-orang yang diundang dapat menghadiri dan memeriahkan acara yang bersangkutan.

Walaupun di masa pandemi yang aksesnya sangat terbatas, harus sesuai protokol kesehatan, yang memiliki hajat tak jarang mengabaikan protokol kesehatan dengan tidak menjaga jarak, ataupun memakai masker dan berusaha untuk tetap memeriahkan acaranya, walau tak se-meriah pasca lebaran sebelum pandemi.

Masyarakat yang tidak menaati peraturan pemerintah dan tidak menaati protokol kesehatan saat menggelar hajatan, tidaklah dibenarkan. Apalagi jika acara yang sudah dipersiapkan, tiba-tiba batal karena dibubarkan polisi. Padahal acara yang digelar sangat sakral dan menjadi impian bagi semua orang rusak karena ulah kita sendiri yang tidak patuh. Maka jangan sekali-kali melanggar aturan. Tetap patuhi ya! Demi keselamatan kita bersama.

Jadikan momen lebaran dan acara istimewa menjadi sakral dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun