Mohon tunggu...
luqman hakim
luqman hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Be Better

Be Better

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Catatan di Atas Nota #6

18 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 18 Oktober 2022   06:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Pensil Credit to Martha Fibriantika (Dokumen Pribadi)

Jika kamu punya waktu seribu tahun?
Aku hanya akan tertawa dan menangis sebanyak mungkin lebih dari orang lain
Tertawa lebih keras jika itu termasuk pula umur fisikku dalam keadaan baik dan cukup normal untuk bekerja
Menangis lebih kencang jika itu hanya umur nyawaku
Sepuluh atau lebih generasi yang akan kurepotkan di pembaringanku
Yang jelas dan pasti, saat ini kita hanya harus menikmati hidup
Mengais setiap serpihan yang telah dihamburkan
Memilih dengan jeli yang terbaik untuk masuk ke tubuh kita
Ada yang datang dengan mudah dan cepat
Ada pula yang sukar lagi sempit
Seringkali menipu mata dan hati
Sibuk mencari pembenaran dari kata terpaksa
Atau memaksa orang lain kalau kita adalah bagian dari rezekinya?
Nyatanya malah menjerumuskan

Babarsari, 5 oktober 2022

Kapan kita menjadi manusia, ya sebenarnya manusia?
Apakah saat kita menempatkan benda, orang, hewan atau apapun ciptaan Tuhan lebih rendah dari kita?
Apakah saat kita berhenti memperbudak orang lain untuk mematuhi perintah?
Atau memanfaatkan benda atau hewan secara tidak berlebihan lagi?
Ya, kata itu, berlebihan adalah kuncinya
Banyak batas yang harus kita capai namun bukan untuk dilampaui
Tetapi akan sangat tidak berguna makhluk astral itu jika semua teratur tanpa masalah
Atau kita yang terlalu lemah menghadapi persaingan ini?
Atau lita selalu kalah start dengan mereka?
Atau memang sudah kalah?
Boleh kalah, tetapi jangan terlalu banyak
Mulai lagi saja dengan menjadi manusia, meski belum utuh

Babarsari, 6 Oktober 2022

Bagaimana mengakhirinya?
Ingat kembali mengapa sampai di titik ini?
Dulu sewaktu keuputusan itu diambil, apa tujuanmu sebenarnya?
Hanya seperti tren dunia saja?
Hampir sepenuhnya tidak ada yang dimengerti
Hanya melangkah saja tanpa arah
Menunggu maksud sesungguhnya
Tetap saja ada yang kurang dari memberikan yang "katanya" terbaik
Nampaknya tekad harus lebih kuat ketika menghadapi arus deras, apalagi melawannnya
Tanpa dayung yang kokoh, tanpa perahu yang tangguh
Tanpa pelampung cadangan, tanpa pelindung harapan
Apakah perjalanan ini menuju karam?
Entahlah, pasrah saja masih kurang mengungkapkan

Babarsari, 6 oktober 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun