Mohon tunggu...
luqman hakim
luqman hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Be Better

Be Better

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Strategi Marketing, kok Ngancam?

4 Maret 2021   21:32 Diperbarui: 4 Maret 2021   21:43 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bus Penumpang (Source: corvusgamesterrain.com)

Selamat jalan, selamat sampai tujuan.

Pengalaman pulang pergi merantau menggunakan bus memang sengaja dipilih meski pertimbangan utama adalah cuan. Meski memakan waktu lama tidak menyurutkan niat hati mencari ilmu dan pulang menjalin silaturahim. 

Yah di zaman serba cepat dan efisien memang pilihan utama pasti yang cepat dan nyaman. Apa hendak dikata demi berhemat dan meringankan beban pemberi ongkos lebih memilih moda transportasi lebih bersahabat dengan kantong baju maupun kantong celana apalagi dompet termasuk rekening.

Beralih ke alasan lain berangkat dengan bus lebih memberi tantangan untuk mengingat tempat persinggahan dan nama nama daerah yang dilewati. Pengalaman di jalan menambah kosakata baru bergaul dengan sesama penikmat bus antar kota antar provinsi. Berbicara dan saling mengingatkan perhentian menjadi nyaman dan melupakan sejenak kepenatan di jalan. 

Kisah-kisah di perjalanan baik yang sengaja didengar maupun tanpa sengaja didengar juga menjadi kenikmatan tersendiri. Mungkin di moda transportasi lain kita akan menemui wajah penuh tuntutan waktu tanpa salam sapa apalagi pamit.

Pengalaman terburuk tentu pernah terjadi meski terkadang tidak merugikan secara materi tapi emosi. Banyak kita temui di film-film tentang semrawutnya ibukota, copet, tipu di mana mana. Sejak awal tidak ingin percaya dengan film tersebut apakah separah itukah kehidupan. Bolak balik dengan bus masih mantap dan terus dilakukan.

Pengalaman pulang terakhir dikejutkan dengan sales marketing di perhentian terakhir menuju pelabuhan penyeberangan. Terminal ini sangat terkenal di ibukota. Pertemuan dengan sales marketing alias pedagang asongan untuk ke sekian kalinya di dalam bus kali ini sedikit menyita waktu dan perasaan. 

Ketika para pengamen dan penjaja makanan telah melewati bangku, giliran pedagang lain menghampiri dan menawarkan berbagai produknya. Menolak sehalus mungkin agar tidak menyakiti penjual yang mungkin juga lelah berdagang. Sambutan yang diterima adalah sindiran dengan kata ingin dihargai. Mencoba untuk menghargai dengan melihat-lihat barang dagangan yang tentu dijejali dengan tawaran menuntut pengeluaran. 

Setelah melihat lihat tentu hanya sebagai penghargaan karena sama sekali tidak memiliki niat membeli. Sudah tentu tidak akan membeli karena uang di kantong saja tidak cukup untuk dua sampai tiga kali makan sebelum sampai tujuan. 

Kesan memaksa semakin kentara setelah mengancam akan menggeladah setelah mengatakan benar-benar tidak tertarik membeli karena uang. Anggapan mempermainkan penjual dijadikan argumen pamungkas dari sales marketing. Benak lebih berkecamuk karena sejatinya pedagang tersebutlah yang mempermainkan kelemahan orang lain. Kemudian pedagang tersebut pergi dan menjajakan ke penumpang lain. Hingga bus kembali melaju meniti aspal-aspal fatamorgana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun