Mohon tunggu...
luqman hakim
luqman hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Be Better

Be Better

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Hati-hati Berguru di Media Sosial

16 Juni 2020   07:15 Diperbarui: 16 Juni 2020   07:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak penemuan komputer hingga jaringan internet telah membuat banyak hal menjadi mudah termasuk bersosialisasi melalui media. Media sosial sebut saja youtube, instagram, facebook, whatsapp, dsb telah lekat dengan kehidupan orang-rang di awal abad ini sebagai tanda dimulainya era informasi serba terbuka. Pelosok dunia dapat dieksplorasi dengan hanya tombol klik saja. Media sosial telah berperan penting dalam pembentukan mindset orang-orang akan berbagai hal. 

Mudah menjadi simpati terhadap kesedihan mudah pula menjadi sangat sensitif terhadap hal-hal yang menimbulkan ketidaksukaan. Perubahan emosi dalam waktu singkat sering dialami dari melihat apa yang disajikan di media sosial. Pengaruh dalam dunia pendidikan utamanya pembelajaran keagamaan juga tidak kalah dinamis. Bisa saja di pagi hari menjadi sangat tinggi peningkatan imannya dan sore hari turun dengan tajam ataupun sebaliknya, semua tergantung dengan sajian di sosial media yang dilihat.

Media sosial juga telah dimanfaatkan sebagai media mencari dan memberikan informasi keagamaan. Banyak akun-akun bernuansa ajakan dakwah bermunculan dan berpengaruh terhadap individu-individu yang sedang mencari asupan hati untuk ketenangan bagi batin yang tengah bergejolak. Harapannya adalah dapat melalui rintangan-rintangan kehidupan. 

Banyak yang berhasil tersadarkan namun tidak sedikit pula yang jatuh ke dalam persepsi yang salah bahkan menyimpang. Bukan media pemberi informasi saja yang patut diingatkan tetapi juga konsumen media yang perlu mencari guru yang tepat selain suguhan materi di media sosial. Materi yang ditampilkan sangat terbatas dan hanya berupa potongan-potongan dalil yang tidak dilengkapi makna secara mendalam.

Fenomena berguru di media sosial tidak terelakkan karena sifat media sosial yang sangat fleksibel dari segi ruang dan waktu. Kita dapat mendapatkan informasi dari sekedar menonton, membaca, dan mendengarkan konten-konten media sosial di manapun dan kapanpun. Menguntungkan namun perlu ada primer time untuk berguru secara konsisten kepada asatidz maupun ulama-ulama kredibel. 

Meluangkan waktu untuk ini saja sudah cukup sulit dan itulah keutamaan dalam menuntut ilmu agama. Sedikit waktu yang kita luangkan itulah barangkali dapat menuntun kita kepada ketenangan dalam hidup dan capaian-capaian menjadi lebih dimudahkan.

Mirisnya lagi sering kita temui agama menjadi lelucon, konten kejar tayang, kejar viewers, adu domba, pembenaran, dan sederet isu negatif lainnya. Orang-orang yang benar-benar ingin mendapatkan materi keagamaan semakin sulit dalam menentukan jalan yang akan konsisten diikuti. Lagak saling serang yang paling benar sesuai penafsiran berbagai kalangan juga merumitkan penemuan cahaya hati bagi yang baru mau memulai. Akibatnya bukannya tertarik malah menarik diri atau yang paling buruk adalah menyerang keyakinan sendiri karena kelakuan umat.

Sekali lagi bagi yang ingin belajar agama hendaknya jangan terpaku dengan keindahan konten yang disajikan tetapi carilah sumber ilmu dengan buku dan asatidz/ulama yang membantu menjelaskan. Buku saja tidak cukup karena dapat menyebabkan kakunya penafsiran dan ustadz/ulama saja juga tidak cukup karena terbatasnya waktu pertemuan. Keduanya ditambah dengan peningkatan kapasitas diri dalam memahami dalil sehingga tidak mudah terseret arus tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun