Mohon tunggu...
luqman hakim
luqman hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Be Better

Be Better

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Baik Buruk Kehadiran Anime

13 Juni 2020   08:05 Diperbarui: 13 Juni 2020   08:08 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anime merupakan tayangan animasi yang kita anggap berasal dari negara Jepang walaupun orang-orang jepang sendiri menyebut  anime adalah semua tontonan berupa animasi baik dari Jepang maupun luar Jepang. Jadi, pada dasarnya anime itu sama dengan animasi atau kartun. Belakangan anime dari Jepang lebih menanjak popularitasnya dan banyak ditonton oleh orang-orang di belahan dunia.

 Anime dan kartun secara umum tidak terdapat perbedaan selain dari visualisasi yang ditampilkan, namun dari segi penceritaan dan penokohan cenderung memiliki kesamaan. Kegiatan menonton anime sudah menjadi kebiasaan di beberapa kalangan karena dinilai lebih menyenangkan dari pada tontonan dari dalam negeri. Lalu bagaimana dengan dengan "tontonan menjadi tuntunan" yang selalu digaungkan oleh pemerintah? Apakah anime dapat dijadikan tuntunan bagi para penontonnya? Berikut beberapa alasan baik buruk dari anime.

Anime secara tidak langsung telah memengaruhi orang-orang untuk mulai menyenangi belajar lebih jauh tentang budaya Jepang mulai dari bahasa hingga kehidupan keseharian. Banyak nilai-nilai positif yang dapat diambil seperti kerja keras, keuletan, disiplin dan tepat waktu, dan gaya hidup sehat. 

Mahasiswa menurut beberapa studi di kampus-kampus yang memiliki program studi Bahasa Jepang dan berhubungan dengan itu, pada awalnya ada yang dipengaruhi oleh anime sehingga masuk ke jurusan itu, ada yang merasa lebih mudah belajar tentang Jepang dari anime, dan ada yang semakin tertarik untuk mempelajari budaya Jepang lebih lanjut dengan sekolah lanjutan di negara Sakura tersebut. Kita tahu bahwa perkembangan teknologi dan perekonomian dari bangsa Jepang sangat pesat dan mendominasi dunia saat ini sehingga menjadi destinasi bagi para mahasiswa untuk melanjutkan studi.

Anime juga sering hadir di pertelevisian Indonesia sejak beberapa dekade silam. Kehadiran anime di akhir pekan sangat dinanti-nanti penontonnya terutama anak-anak. Era sekarang, anime di televisi mungkin tidak sehebat dahulu karena munculnya internet yang dinilai lebih mudah diakses oleh siapapun asalkan memiliki jaringan. 

Website bermunculan dengan berbagai genre anime yang muncul. Arus anime semakin sulit dibendung dan televise ketinggalan beberapa langkah dalam menghadapinya. Walaupun kita sadari bahwa sebagian besar anime di internet kemungkinan melanggar hak cipta penerbit.

Selain mendorong studi tentang Jepang, anime ternyata berpengaruh terhadap sikap anak-anak yang menontonnya. Jika anak-anak menonton anime sesuai dengan peruntukan usia anak maka dampak positif akan lebih terasa bagi anak-anak. Terutama dalam sifat-sifat seperti bertegur sapa, tata krama, kepahlawanan, dan kebiasaan baik yang dapat membentuk karakter baik seorang anak. 

Sebut saja Upin dan Ipin dari negara Malaysia, Nussa dan Rara dari Indonesia, kedua animasi tersebut banyak memberikan  nilai-nilai pembentuk kepribadian anak. Masa anak-anak adalah masa imitasi, pada masa ini kecenderungan meniru perilaku dari yang didapatkan dari visual dan pendengaran sangat berpengaruh besar.

Anime memiliki pengaruh negatif kepada anak-anak yang menonton apabila tidak mendapat pendampingan dari orang tua. Orang tua harus dapat memastikan anak menonton sesuai dengan peruntukan usia anak. Anime yang muncul seringkali menampilkan tayangan seperti kekerasan, bullying, dan tabiat buruk lainnya. Peran orang tua membantu dalam menterjemahkan berbagai tontonan agar dapat membedakan hal baik dan buruk dalam tontonan.

Anime bagi usia remaja hingga dewasa memiliki dampak yang kurang lebih seperti video game yaitu kecanduan. Kecanduan menonton anime dicirikan dengan mulai tidak suka dengan hal lain selain anime, komunitas bergaul hanya sesama penggemar anime, mengubah secara perilaku maupun fisik dengan karakter dalam anime, serta kecenderungan menutup diri dari dunia luar karena merasa nyaman dengan berbagai karakter yang ada dalam anime. 

Bahaya ini sulit ditanggulangi karena berkaitan dengan masa mencari jati diri. Akhirnya orang ini akan tumbuh terpisah dari lingkungan pada umumnya. Perlu bagi orang-orang terdekat untuk mengajak bicara dan meluruskan kembali untuk memahami sendiri jika mengagumi sesuatu secara berlebihan.

Sisi lain jika kita bijak dalam menyikapi kehadiran anime saat ini adalah dengan menjadikannya sebagai media belajar bagi anak-anak yang mulai memasuki masa pembelajaran. Tampilan warna menarik serta karakter yang dibuat sekreatif mungkin tentu saja lebih menarik bagi anak-anak. 

Peluang lain dari anime adalah penyerapan ke dalam budaya Indonesia yang luhur dan adiluhung sehingga dampak negatif anime bisa di reduksi. Bangsa Indonesia tidak kekurangan karakter baik dari berbagai cerita rakyat, dongeng, mitos, dan legenda yang dapat dijadikan bahan untuk pembelajaran. Anime juga menjadi sumber mata pencaharian tersendiri bagi media tertentu yang mampu menangkap peluang dengan membuat karakter khas Indonesia. Bahkan banyak anime sekarang digunakan untuk dakwah dan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun