Aku melihat bunga mawar merunduk layu di tengah taman
Angin pagi membelai mesra kelopak-kelopak bunga mawar yang sendang,
Termenung, gelisah, dan gundah akan datangnya kezaliman
Hangat mentari pagi memeluk, mendekap bunga mawar itu
Tangis jerit anak tak berdosa hasil para penyiksa
Ibu-ibu mereka kau perkosa
Anak-anak menagis, menqiyas datangnya pembela RAS
Tapi apakah ada? Dizaman ketidak pedulian adalah perbuatan yang membagakan
Nenek-nenek sempoyogan berjalan membawa bekal kehidupan
Masihkah ada, Yang menaya untuk membantunya berjalan?
Kekuasaan menutup mata mereka
Suara dunia menulikan telinga mereka
Jabatan membungkam mulut mereka
Dunia melumpuhkan jasad mereka
Penindasan-penindasan yang mereka rasakan
Tangis jerit seakan irama yang harus didendangkan
Melihat orang mati tergeletak berkainkafan merah darah bagi mereka perbuatan yang menyenagkan
Mengapa dunia ada, kalau hanya sebagai pangung penindasan
Mengapa tuhan mencipta manusia, kalau hanya akan saling bunuh-membunuh mengapai kekuasaan
Tuhan menciptakan dunia bukan untuk dijadikan gelangang pertarungkan
Tuhan mencipta manusia bukan untuk saling bunuh-membunuh
Melainkan wakil tuhan untuk menyebar sifat Ar-Rahman
Aku masih melihat bunga mawar itu tetap merunduk, semakin merunduk, dan
Akhirnya jatuh tertiup bau anyir darah penindasan.