Adakah Kompasianer yang sudah menonton serial Netflix Adolescence? Serial dengan 4 episode ini berkisah tentang seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun bernama Jamie Miller yang ditangkap karena melakukan pembunuhan terhadap teman sekelasnya, Katie Leonard. Kebayang gak, kok bisa-bisanya bocah umur 13 tahun melakukan perbuatan sekejam itu?Â
Artikel ini bukan hendak mengulas lebih dalam tentang serial yang mendapat banyak pujian dari kritikus tersebut. Kita akan bicara dan belajar bersama mengenai manosphere, bagaimana ia membentuk pandangan misoginis seseorang, termasuk anak seumur Jamie, hingga mendorongnya menjadi pelaku kekerasan.
Menukil dari Nature.com, istilah manosphere merujuk pada beragam kelompok dalam komunitas daring yang secara luas mempromosikan pandangan anti-feminisme, misoginis dan kebencian terhadap perempuan, serta orang-orang trans dan non-biner. Ada beberapa sub-kelompok utama yang termasuk dalam manosphere dengan ideologi dan tujuannya masing-masing, seperti Men's Rights Activists (MRAs), Pickup Artists (PUAs), Men Going Their Own Way (MGTOW) dan involuntary celibates (Incels). Meskipun terdapat perbedaan, kelompok-kelompok tersebut menganut ideologi yang sama bahwa perempuan dan feminisme pantas disalahkan karena membuat laki-laki jadi pihak yang tertolak dan terpinggirkan.
Ngomongin manosphere, kurang afdol rasanya kalau tidak menyebut nama Andrew Tate, seorang influencer yang kerap mempromosikan pandangan misoginis melalui konten-konten digitalnya. Gara-gara konten-kontennya, Tate pernah di-banned dari berbagai platform media sosial, seperti TikTok, YouTube dan Facebook setelah ia diketahui mengunggah komentar misoginis dan berisi ujaran kebencian.
Laki-laki misoginis dengan pengaruh yang kuat serta dukungan algoritma media sosial adalah kombinasi maut yang melanggengkan eksistensi manosphere. Sementara itu, algoritma media sosial yang kerap mengarahkan pengguna pada konten misoginis dibentuk dari perilaku si pengguna di dunia maya.
Seorang laki-laki yang awalnya cuma penasaran atau insecure mengenai kehidupan asmaranya menonton video tentang "Tips Menjadi Pria yang Percaya Diri" sampai habis. Kemudian, algoritma menyarankannya untuk menonton video tentang sigma male atau video-video motivasi laki-laki lainnya.
Akun-akun milik influencer yang membahas topik serupa di-subscribe. Komentar-komentar yang menyalahkan perempuan di-like. Modal ini cukup bagi algoritma untuk mengenali profil minat pengguna sehingga ia akan cenderung diarahkan ke konten-konten seksis dan misoginis lainnya.
Kengerian ini ditunjukkan oleh sebuah survey yang dilakukan oleh The Man Cave dan dikutip oleh ABC News pada tahun 2023, dimana sebanyak 28% remaja laki-laki menjadikan Andrew Tate sebagai role model. Temuan ini juga diperkuat oleh pernyataan dari psikolog organisasi dan Head of Impact di The Man Cave, Matt Defina yang menyatakan bahwa para laki-laki muda merasa terkoneksi dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Tate.
Konten-konten penuh kekerasan seperti inilah yang menjadi bahan bakar bagi laki-laki dan anak laki-laki dengan kondisi emosional yang rapuh untuk membenarkan kemarahan dan kebencian mereka pada perempuan. Berkat konten-konten semacam itu, mereka jadi berpikir bahwa laki-laki harus pandai menguasai dan mengontrol perempuan. Jika perempuan menolak menuruti kemauan atau perintah mereka, laki-laki boleh menggunakan kekerasan.
Menjaga Anak Perempuan Lebih Susah Daripada Anak Laki-laki?