Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Generasi Milenial Memandang dan Memaknai Pekerjaan?

21 Oktober 2022   17:11 Diperbarui: 22 Oktober 2022   00:25 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi milenial kerja (Sumber:  Pattanaphong Khuankaew via grid.id)

Malas, mudah bosan, tidak bisa menghargai proses dan "kutu loncat" adalah stereotip yang kerap dilekatkan pada generasi milenial di dunia kerja. 

Para profesional yang berusia lebih tua kerap mengeluh tentang sikap karyawan generasi ini yang dianggap tidak disiplin, tidak serius dan tidak loyal pada perusahaan. Baru bekerja setahun sudah pindah ke tempat lain. Kadang ada yang hanya bertahan kurang dari setahun. Kenapa sih mereka seperti itu? 

Generasi milenial adalah generasi yang akan menjadi angkatan kerja terbesar. Data BPS tahun 2016 menunjukkan dari 160 juta total angkatan kerja di Indonesia, hampir 40% nya atau sebesar 62,5 juta merupakan generasi milenial. 

Jumlah ini menjadi yang terbesar kedua setelah generasi X dengan 69 juta jiwa. Sementara generasi baby boomer tersisa 28,7 juta. 

Karakteristik generasi milenial yang berbeda dengan generasi X dan baby boomer telah memberikan warna baru dalam dunia kerja. Mau tidak mau, suka tidak suka, kehadiran mereka turut mengubah cara, sistem dan budaya kerja di banyak perusahaan. 

Sebenarnya, karyawan generasi milenial itu tidak seburuk yang distereotipkan. Alih-alih bersikap sinis, mari mengenal dulu karakteristik dan cara milenial memandang serta memaknai pekerjaan. 

Tidak Peduli Hierarki dan Birokrasi 

Bagi milenial, hierarki atau struktur organisasi hanya formalitas atas keabsahan suatu perusahaan. Mereka juga lebih percaya pada perusahaan yang tidak terlalu birokratis tapi akuntabilitasnya jelas dan transparan. 

Dalam bekerja, mereka menyukai keterbukaan dan umpan balik (feedback) sehingga dapat dengan bebas mendiskusikan ide-idenya, baik dengan rekan kerja maupun atasan. 

Berkontribusi Pada Dunia Melalui Pekerjaan dan Organisasi 

Menurut teori Abraham Maslow tentang kepuasan kerja, dasar dari kebutuhan manusia bekerja adalah uang (penghasilan), kemudian diikuti oleh rasa aman. 

Jika kebutuhan fisiknya sudah mapan, orang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Karena tempat kerja adalah arena sosial, kebutuhan sosial akan membantu seseorang dalam menemukan makna kerjanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun