Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Ada Generasi yang Lebih Superior

11 April 2022   13:11 Diperbarui: 11 April 2022   18:32 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak-anak muda berselfie dengan smartphone-photo by Ketut Subiyanto from pexels.com

"Anak zaman sekarang manja bener sih, dikit-dikit healing, dikit-dikit self-reward."

"Anak zaman sekarang pada nggak ngerti sopan santun. Dibilangin orangtua bukannya dengerin malah nge-lawan."

Apakah kamu termasuk generasi milenial atau Z? Kalau ya, pernah gak dengar ucapan-ucapan seperti contoh di atas dari generasi yang lebih tua?

Sindiran-sindiran semacam itulah yang kemudian memicu "perang" antar generasi, di mana orang-orang suka mengklaim bahwa generasinya adalah generasi terbaik. Sementara generasi yang lebih muda itu lebih bobrok sehingga sering dipandang sebelah mata.

Ketika ada anak muda mengkritisi suatu kebijakan, aturan atau tatanan sosial yang dibuat oleh generasi tua, suara mereka kadang diabaikan. Mereka dianggap masih "anak kemarin sore" dan tidak paham masalah orang dewasa. Padahal yang lebih dewasa juga belum tentu paham dan punya solusi yang lebih baik. Betul kan, teman-teman?

Seperti yang dialami oleh aktivis lingkungan asal Swedia, Gretta Thunberg, saat menyuarakan masalah krisis iklim dan pemanasan global. Tahu apa respon orang-orang atas kritik yang dia suarakan?

Sebagian orang mencibir dan menganggap remaja berusia 19 tahun itu tidak paham masalah orang dewasa dan cuma bisa koar-koar. Ada juga yang menunjukkan sikap anti sains dengan menyebut bahwa perubahan iklim itu hoax. Sementara sebagian lainnya tetap mendukung.

Padahal nih ya, seandainya kita mau menengok pada sejarah, peradaban umat manusia tidak terlepas dari peran generasi muda. Di Indonesia, pergerakan anak muda bahkan sudah ada gaungnya sejak sebelum kemerdekaan.

Peristiwa Sumpah Pemuda berawal dari kesadaran para pemuda pelajar STOVIA untuk berorganisasi dengan membentuk organisasi Boedi Oetomo. Kesadaran berorganisasi ini pun menyebar hingga membangkitkan semangat pelajar dan mahasiswa Hindia yang saat itu sedang bersekolah di Belanda.

Masih ingat peristiwa Rengasdengklok? Coba bayangkan seandainya golongan muda, seperti Sukarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh tidak menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Sejarah kemerdekaan kita mungkin akan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun