Anak perempuan main boneka dan rumah-rumahan, sedangkan anak laki-laki main mobil-mobilan dan robot-robotan. Perempuan tugasnya mengurus anak dan pekerjaan domestik, sedangkan laki-laki tugasnya bekerja.Â
Perempuan cocoknya jadi sekretaris atau bendahara, sedangkan laki-laki jadi ketua. Ini semua adalah hasil konstruksi sosial---yang apabila tidak melakukan hal tersebut---orang akan mengatakan "Anda telah melanggar kodrat".
Suatu bidang ilmu atau pekerjaan itu bersifat netral (tidak dilekatkan dengan jenis kelamin atau geder tertentu). Yang membuatnya seolah-olah menjadi "bidang kerja perempuan" atau "bidang kerja laki-laki" adalah persepsi kita sendiri.
Pentingnya peranan perempuan dalam dunia STEM tentu saja untuk menyuarakan dan memenuhi kebutuhan perempuan yang selama ini terabaikan.
Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam antaranews.com, menyebutkan sekitar 60 juta atau 56% pekerja di Indonesia menghadapi risiko kehilangan pekerjaan akibat tergantikan oleh otomatisasi atau mesin.Â
Pekerja perempuan yang umumnya bekerja di bidang yang tidak membutuhkan keterampilan sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) berisiko terdampak hingga 2 kali lebih besar.
Permasalahan sosial dan dunia yang semakin kompleks menuntut kontribusi dan kerja sama dari berbagai elemen ras, agama, suku, etnis, gender dan sebagainya.Â
Selain berguna bagi kemajuan dunia STEM sendiri, adanya kesetaraan dan keberagaman diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan lingkungan yang lebih merata.
Keberadaan dan peran perempuan dalam bidang ini perlu didukung oleh berbagai pihak agar mereka juga dapat menjadi inspirasi dan role model bagi generasi muda, baik anak-anak perempuan maupun laki-laki.