Kebijakan pemberian beasiswa magister (dengan usia maksimal 35 tahun) dan doktoral (dengan usia maksimal 45 tahun) menjadi salah satu pemicu terkendalanya perempuan meraih gelar doktor. Sementara perempuan di bawah umur 40 tahun rata-rata masih melahirkan, menyusui dan mengasuh anak. Apalagi jika anaknya lebih dari satu.
Di dunia kerja lebih miris lagi. Persentase perempuan yang bekerja di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) hanya sekitar 30%.
Perempuan yang bekerja di male dominatd industry, termasuk peneliti di bidang STEM sering mengalami berbagai kendala.Â
Ketiadaan fasilitas seperti ruang laktasi, tempat penitipan anak atau fasilitas lain yang mendukung perannya sebagai pekerja dan ibu, kemudian beban ganda antara pekerjaan dan tugas-tugas domestik sementara pekerjaan menuntut mereka untuk riset lapangan (kadang harus ke luar kota bahkan luar negeri), tidak adanya fleksibilitas waktu bekerja sebagai peneliti, membuat perempuan yang bekerja di bidang ini kadang harus rela melepas kariernya. Mereka dibuat dilema dan harus memilih antara mau jadi wanita karier atau jadi istri dan ibu.
Ditambah dengan adanya glass ceiling---yang tak kasat mata tapi ada---di tempat kerja, membuat perempuan dinilai seolah tidak kompeten dan profesional sehingga cita-cita mereka untuk menempati posisi-posisi strategis dalam perusahaan atau instansi harus kandas. Tentang apa itu glass ceiling bisa dibaca di artikel saya yang INI.
Perempuan yang berkarier di male dominated industry juga rentan terhadap tindak pelecehan dan seksisme bahkan sejak proses rekrutmen.Â
Giliran ada lowongan yang diminati, kualifikasi sesuai, punya pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni, ternyata yang dibutuhkan laki-laki. Akibatnya mereka terpaksa banting setir ke pekerjaan-pekerjaan lain.
Kalau pun diterima, rata-rata hanya bekerja sebagai tenaga pendukung atau administrasi sehingga skill sains dan teknologinya kurang terasah.
Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Bidang STEM
Kesetaraan gender bukan hanya milik perempuan. Kesetaraan gender diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan laki-laki maupun perempuan.
Gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender dibentuk oleh konstruksi sosial.