Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sisi Lain dari Percakapan Pukul 3 Pagi

2 Agustus 2021   17:14 Diperbarui: 3 Agustus 2021   09:42 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
two people have deep talk | photo by Christian Lue from unsplash

Mengkritik diri sendiri memang perlu supaya kita bisa introspeksi. Kesalahan apa yang kita lakukan, mengapa bisa gagal, untuk kemudian fokus mencari solusi : apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki semua ini. Bukan malah menyalahkan diri sendiri.

Self-talk sering dilakukan untuk mengingat sesuatu, seperti kegiatan yang ingin dilakukan besok pagi, barang apa yang ingin dibeli, menu makanan yang ingin dimasak untuk sarapan dan sebagainya.

Self-talk juga dapat membantu kita menemukan dan mengenal diri. Mulai dari hal-hal yang sifatnya filosofis, seperti visi-misi, nilai dan prinsip hidup, hingga yang paling remeh-temeh, seperti makanan kesukaan. Ini penting karena ada lho orang yang bahkan tidak paham apa yang ia suka dan benci, apa yang ia inginkan dan tidak. 

Akibatnya ia menjadi seseorang yang tidak mampu mendefinisikan dirinya, tidak independen sehingga cara pandang, sikap atau tindakannya selalu membebek orang lain.

Dalam agama Islam, pukul 3 pagi artinya sudah masuk sepertiga malam terakhir. Di waktu inilah umat Islam dianjurkan untuk melakukan salat tahajud. Dilanjutkan pula dengan memperbanyak zikir dan doa karena sepertiga malam terakhir termasuk salah satu waktu mustajab untuk berdoa.

Dengan demikian, 3 AM conversation sejatinya tidak hanya perihal ngobrol atau berbicara dengan orang lain, tetapi bisa juga berbicara secara jujur dan blak-blakan pada diri sendiri (self-talk) bahkan pada Tuhan melalui doa yang kita panjatkan. 

Merenung, kemudian berdialog dengan diri maupun Tuhan pada waktu tersebut memang lebih syahdu sehingga saking menghayatinya, kita bisa menangis sambil mengakui dosa-dosa dan mengadukan kesulitan kita pada-Nya. Itu membuat hati dan pikiran kita lebih tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun