Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Bolehkah Aku Marah?

15 Juli 2021   13:08 Diperbarui: 15 Juli 2021   13:29 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini aku tidak tahu lagi mengapa masih ada pagi,
saat cahaya matahari tak sanggup menyibak kelam di wajah Ibu Pertiwi
Ia terluka tapi tak kuasa menolak jasad-jasad yang diantarkan padanya

Akhir-akhir ini aku tidak tahu lagi mengapa aku harus bernafas,
saat satu per satu tumbang karena tak lagi mampu menghirup oksigen bebas
Sementara tabung oksigen susah didapat, saat didapat segalanya sudah terlambat

Akhir-akhir ini aku tidak tahu lagi apa guna aku berbahasa,
saat kata-kata bisa dipermainkan sesukanya
Bagiku, istilah hanyalah riasan untuk memoles penyangkalan

Tuhan, mengapa kini terbit kemarahan setelah kesedihan?
saat mendengar berita kehilangan
saat mobil jenazah membawa anggota keluarga atau tetangga menuju peristirahatan

Tuhan, bolehkah aku marah?
pada siapa saja yang menganggap nyawa manusia begitu murah
mengebiri empati demi lembaran-lembaran rupiah

Tuhan, bolehkah aku marah,
lalu mengutuk para bedebah dengan sumpah serapah? 

15/07/2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun