Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sindrom Upik Abu, Ketika Perempuan Takut Menjadi Mandiri

6 Juli 2021   12:37 Diperbarui: 20 Juli 2021   15:31 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cinderella Complex Syndrome (Sumber: shutterstock.com)

Istilah ini terinspirasi dari dongeng klasik karya Charles Perault yang bercerita tentang seorang gadis, bernama Cinderella, yang hidup menderita akibat siksaan dari ibu dan saudara tirinya. 

Suatu ketika datanglah undangan pesta dansa ke rumah mereka dari sang pangeran. Tentu saja ibu dan saudara tiri Cinderella tidak ingin ia ikut.

Namun dengan pertolongan ibu peri, Cinderella bisa datang ke pesta tersebut. Di sanalah ia akhirnya bertemu dengan sang pangeran. 

Singkat cerita, sejak pertemuan itulah hidup Cinderella yang tadinya merana berubah menjadi bahagia.

Dilansir dari laman halodoc.com, ada tiga karakteristik dasar yang tampak pada pola psikologis perempuan dengan Sindrom Upik Abu, yaitu keinginan tidak sadar untuk dirawat dan diselamatkan terus-menerus oleh orang lain bahkan oleh yang bukan pasangannya. 

Adapun beberapa karakteristik lain yang ditemukan pada sindrom ini sebagaimana yang dikutip dari healthgrades.com antara lain:

  • Tidak mampu membuat keputusan sendiri dan selalu menyerahkan segala keputusan di tangan pasangan (Apakah ini juga termasuk perempuan yang suka jawab "terserah" ketika ditanya pacarnya mau makan apa?)
  • Merasa cemas hidup sendiri
  • Merasa kesulitan menghidupi dirinya sendiri
  • Lebih menyukai peran tradisional sebagai ibu rumah tangga dan ibu
  • Bersikap delusional akan sosok "Prince Charming", di mana sosok Prince Charming yang didambakan ini seringkali tidak rasional
  • Takut untuk keluar dari zona nyamannya
  • Ada keinginan yang kuat untuk selalu dimanja oleh pasangan

Sindrom Upik Abu memang belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental, namun jika pola perilaku yang dijelaskan sangat ditekankan dan mengganggu kualitas hidup orang atau lingkungannya, maka hal itu dapat menunjukkan adanya gejala karakteristik Personality disorder atau Dependent Personality Disorder (gangguan kepribadian dependen).

Penyebab Sindrom Upik Abu

Ilustrasi dongeng Cinderella atau Upik Abu (dalam versi bahasa Indonesia) | sumber gambar: exploringyourmind.com
Ilustrasi dongeng Cinderella atau Upik Abu (dalam versi bahasa Indonesia) | sumber gambar: exploringyourmind.com

Perempuan selalu digambarkan, diimajinasikan dan didambakan sebagai sosok yang lemah lembut, penyayang, penyabar dan santun. Oleh karena itu, perempuan harus diperlakukan dengan hati-hati, lembut dan harus selalu dijaga.

Di alam bawah sadar seorang perempuan telah ditanamkan pemikiran bahwa kelak ia akan dinafkahi oleh pasangan. Oleh karena itu, para orangtua yang pola asuhnya masih sangat tradisional dan patriarkal tidak banyak mengajarkan tentang kemandirian, kerja keras dan membangun identitas diri yang kuat kepada anak-anak perempuannya. Mereka seringkali terlalu protektif dan tidak banyak memberi ruang bagi anak-anak perempuannya untuk aktif berekspresi dan bereksplorasi.

Lambat laun pemikiran ini akan terpatri sedemikian rupa sehingga jangan kaget kalau ada perempuan yang berpikir bahwa mereka tidak perlu punya mimpi terlampau tinggi atau bersusah payah membangun karier demi kemandirian finansial maupun aktualisasi diri karena segala kebutuhannya telah dicukupi oleh suami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun