Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Middle Income Trap: Jebakan Finansial yang Membuat Kelas Menengah Sulit Naik Kelas

18 Februari 2021   17:12 Diperbarui: 22 Februari 2021   05:46 3686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi middle income trap: Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay

Kini istilah itu juga dapat digunakan untuk menggambatkan kondisi keuangan individu yang mengalami stagnansi pada level menengah sehingga menyebabkan seseorang sulit untuk mencapai kondisi keuangan yang lebih sehat. 

Ada pun ciri-ciri seseorang yang terjebak middle income trap antara lain : 

  • pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier lebih besar daripada pengeluaran untuk kebutuhan primer
  • pengeluaran untuk 4 kali weekend mencapai 30%-40% dari penghasilan
  • pembayaran utang berupa cicilan konsumtif, seperti kartu kredit, lebih besar dibanding jumlah yang ditabung setiap bulan
  • nilai aset yang dipakai sendiri (rumah, mobil, perhiasan dan lain-lain) lebih besar daripada nilai aset investasi (saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain)
  • minim atau bahkan sama sekali tidak memiliki dana likuid, seperti simpanan tunai di tabungan, deposito dan sebagainya

Tidak dapat dipungkiri, kelas menengah merupakan kelompok yang paling rentan terjebak middle income trap. Gaya hidup dan gengsi yang tinggi agar dianggap orang berada menjadi penyebab utamanya. 

Gaji naik, ganti gawai. Jabatan naik, ganti mobil. Dapat bonus, beli barang branded. Tabungan terkumpul banyak, pergi liburan. Jadi, setiap kali penghasilan meningkat pengeluaran untuk gaya hidup juga ikut meningkat. 

Sebenarnya hal itu boleh-boleh saja dilakukan kalau ada alasan yang dapat dibenarkan dan sudah direncanakan dengan matang. Jadi tidak akan mengganggu kesehatan keuangan kita. Karena tanpa perencanaan keuangan yang matang, bisa-bisa uang berapa pun yang dimiliki akan habis sehingga tidak ada yang dapat ditabung dan diinvestasikan. 

Tips Menabung Bagi yang Sulit Menabung 

Ada sebuah survei yang dilakukan oleh Narasi TV terhadap 295 responden pada Februari 2019 lalu mengenai alasan mengapa kelas menengah di Indonesia tidak bisa menabung.

Survei tersebut dilakukan terhadap responden dengan rentang usia 21-44 tahun di mana di dalamnya mencakup juga generasi milenial dan dewasa muda yang notabenenya masih produktif. 

Hasil survei tersebut menunjukkan alasan utama seseorang tidak bisa menabung adalah belanja, dengan persentase sebesar 31,8%. Disusul di urutan kedua dengan persentase sebesar 24,3%, yaitu pembayaran cicilan. Kemudian berturut-turut di urutan ketiga sampai kelima adalah hangout (18,5%), traveling (14,7%) dan hobi (10,6%). 

Belanja barang branded, hangout ke mall, liburan ke luar negeri atau mengeluarkan uang demi menunjang hobi tentu boleh-boleh saja. Asalkan bisa mengendalikan. 

Oleh karena itu, kebiasaan menabung dan berinvestasi harus dibangun sejak dini. Selain untuk membebaskan kita dari jebakan middle income trap, menabung dan investasi akan membuat masa depan keuangan kita cenderung lebih terjamin. Apalagi kalau kita sudah tua dan tidak seproduktif saat masih muda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun