Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Beauty Privilege: Ketika Orang Cakep Selalu Diperlakukan dengan Lebih Baik

16 Januari 2021   17:24 Diperbarui: 3 Maret 2022   03:55 2216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-photo by Andrea Piacquadio from pexels

Tapi, hal ini bukan berarti seseorang harus cantik atau tampan. Tidak perlu juga berpenampilan glamor, mahal dan mewah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Asalkan bersih dan rapi pun tidak masalah. 

Benarkah Wajah Rupawan Selalu Membuat Urusan Hidup Lebih Mudah? 

Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin cerita sedikit tentang sebuah webtoon asal Negeri Gingseng yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan pernah dijadikan K-Drama, berjudul "My ID is Gangnam Beauty" (judul webtoon Indonesia : I am Gangnam Beauty). Kesan saya setelah menamatkan webtoon tersebut adalah bahwa punya wajah cantik pun bisa jadi petaka. 

Dikisahkan ada seorang gadis cantik bernama Hyun Sua yang merupakan tokoh antagonis dalam cerita tersebut, begitu populer dan banyak disukai oleh teman laki-laki di kampusnya.

 Orang-orang selalu memujinya dan memperlakukannya dengan ramah. Seolah-olah dengan kecantikannya itu, ia bisa dengan mudah mendapatkan apapun yang diinginkan. 

Namun, Sua memiliki masa lalu yang buruk. Mulai dari tumbuh di keluarga yang tidak harmonis hingga pernah menjadi korban perisakan oleh teman-teman sekolahnya karena penampilannya yang berantakan dan bau. 

Sampai suatu ketika ia beranjak remaja dan mulai mengerti bagaimana cara berpenampilan yang lebih menarik, anak-anak di sekolah selalu memujinya "cantik". 

Sejak saat itulah Sua menjadi sangat terobsesi pada kecantikan sehingga ia tidak senang ketika ada anak perempuan lain yang lebih cantik darinya. Ia akan merasa tersaingi dan takut kehilangan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. 

Obsesinya yang tidak sehat pada kecantikan membuatnya merasa harus selalu memenuhi ekspektasi orang lain. Oleh karena itu, ia sampai berpikir bahwa menjadi perempuan cantik berarti tidak boleh bersikap tegas, tidak boleh terlihat pintar, tidak boleh terlalu menonjol dan berbagai ekspektasi tidak masuk akal lainnya. Bahkan untuk menjaga agar tubuhnya tetap kurus, setiap habis makan, ia akan memuntahkan makanannya. 

Apa hal yang bisa kita petik dari kisah tersebut? 

Terlahir dengan wajah rupawan atau tidak, punya "bebannya" masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun