Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama FEATURED

Gaya Hidup Minimalis untuk Kesehatan Finansial yang Lebih Baik

28 November 2020   20:39 Diperbarui: 13 Juli 2022   10:20 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ruang tamu dengan nuansa warna merah muda atau pink. (SHUTTERSTOCK/PHOTOGRAPHEE.EU via kompas.com)

Coba deh sekali-sekali ketika Anda punya waktu luang, bongkar isi lemari Anda. Adakah baju-baju yang sudah lama tidak Anda gunakan? 

Adakah baju-baju yang sudah tidak muat di badan? Berapa banyak baju yang masih dan sering Anda gunakan sehari-hari? Berapa banyak baju yang masih Anda gunakan untuk acara-acara tertentu? 

Silakan Anda pisahkan antara baju-baju yang masih dan sering dipakai dengan yang sudah tidak pernah dipakai. Anda mungkin akan kaget menemukan betapa banyak baju yang tidak terpakai menumpuk dalam lemari. 

Tentu tidak ada yang melarang Anda untuk berbelanja pakaian baru bahkan setiap bulan. Namun Anda juga harus memperhatikan nominal pengeluarannya agar jangan sampai over budget. 

Selain boros, kebiasaan ini akan membuat lemari Anda penuh sesak. Itu pun belum tentu semua pakaian yang dibeli terpakai. Ada yang cuma 1-2 kali pakai lalu tidak pernah dipakai lagi. 

Para pakar finansial menganjurkan pengeluaran untuk membeli pakaian baru tidak lebih dari 5%-7% pendapatan bersih setiap bulan. Misalnya jika pendapatan Anda Rp 3 juta per bulan, pengeluaran untuk membeli pakaian baru per bulan adalah Rp 150.000-Rp 210.000. 

Jika Anda merasa bahwa jumlah tersebut terlalu sedikit untuk dibelikan pakaian baru, Anda dapat  menyiasatinya  dengan berbelanja pakaian baru 3-4 bulan sekali saja. Lumayan kan, ada waktu 3-4 bulan untuk mengumpulkan uang terlebih dulu? 

2. Jangan berlebihan dalam membeli, mengolah dan mengonsumsi bahan makanan 
Data dari The Economist Inteligence Unit tahun 2016 menunjukkan bahwa setiap 1 orang Indonesia rata-rata menyumbang 300 kg sampah makanan per tahun. 

Padahal kebiasaan membuang-buang makanan selain mubazir juga menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti eutrofikasi pada sungai dan danau serta meningkatkan emisi gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. 

Baca selengkapnya di : Sampah Makanan dan Ancaman Kerusakan Lingkungan yang Mengintai Kita

Agar tidak terjadi pemborosan karena buang-buang makanan, kita bisa menyiasatinya dengan belanja bahan makanan secara rutin, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama untuk bahan makanan segar yang tidak bisa disimpan lama, seperti sayur, buah, ikan dan daging segar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun