Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ibu Aku Belajar Menjadi Perempuan Tangguh Berhati Lembut

22 November 2020   11:57 Diperbarui: 22 November 2020   12:01 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ibu dan anak-pexels.com

Sebagai anak perempuan, saya merasa beruntung memiliki ibu seperti mama. Ketika teman-teman perempuan seusia saya sudah banyak yang didesak untuk segera menikah, apalagi kalau sudah jadi bahan gunjingan tetangga, mama bersikap berbeda. Beliau menanggapinya dengan santai dan kepala dingin. 

Mama justru menasihati saya untuk jangan gegabah dan mudah terpengaruh hanya karena melihat teman-teman yang sudah berkeluarga atau mendengar nyinyiran orang lain. 

Mama, di usianya yang sudah 55 tahun, semangat hidupnya tidak kalah dengan mamah-mamah muda. Beliau masih produktif dan aktif di kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan di lingkungan tempat tinggal kami. 

Kadang saya berpikir mungkin ini sebabnya mama jadi terlihat awet muda dibandingkan ibu-ibu lain yang seusia beliau. Bahkan beberapa orang mengira mama saya masih 40-an tahun. 

Hal lain yang membuat saya merasa beruntung adalah mama selalu memotivasi anak-anaknya untuk berani bermimpi besar dan mewujudkannya. Tidak peduli apakah kami anak laki-laki atau perempuan. 

Baginya, setiap orang harusnya diberi kesempatan yang sama untuk belajar, mengembangkan diri dan memperjuangkan mimpi-mimpinya hingga titik darah penghabisan. Terlepas dari apapun jenis kelamin maupun gendernya. 

Terdengar sangat feminis ya? Mungkin saja. Tapi percayalah, mama bukan aktivis kesetaraan gender atau anggota organisasi pemberdayaan perempuan. Mama saya juga tidak paham apa itu feminisme dan bagaimana perkembangannya hingga hari ini. 

Namun secara tidak langsung mama telah mengenalkan pada saya perihal kesetaraan gender sejak dini. Jauh sebelum isu ini ramai diperbincangkan di ruang publik. 

Mama adalah perempuan yang tegas, berpendirian teguh dan tidak takut untuk menyampaikan pendapatnya akan suatu hal. Oleh karena itu, saya senang berdiskusi atau berbicara tentang banyak hal dengan beliau. Kadang kami melakukannya saat sedang makan atau di waktu-waktu luang. 

Terkait hal ini, beliau pernah menasihati saya bahwa perempuan juga harus berani speak up dan mampu mengambil keputusan, minimal untuk dirinya agar hidupnya tidak disetir orang lain. Karena hidup yang disetir orang lain akan membuat kita jadi ketergantungan. Padahal tempat bergantung hanyalah pada Tuhan. 

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun