Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sesat Pikir Mahasiswa Senior tentang Ospek

19 September 2020   07:17 Diperbarui: 19 September 2020   07:22 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ospek-kumparan.com

Pandemi yang belum jelas kapan selesainya ini membuat banyak aktivitas yang biasanya dilakukan secara tatap muka menjadi dilakukan secara virtual. Salah satunya adalah kegiatan ospek yang lazimnya dijalani oleh adik-adik mahasiswa baru (maba). Tujuan diadakannya ospek sendiri sebenarnya adalah untuk mengenalkan kampus dan dunia perkuliahan kepada para maba. 

Namun kenyataannya, kegiatan ospek seringkali dijadikan ajang perpeloncoan dan balas dendam para senior kepada junior. Balas dendam ini sudah seperti warisan budaya yang turun-temurun. Mahasiswa senior yang sekarang melakukan perpeloncoan terhadap juniornya, dulunya juga pernah mengalami hal serupa oleh senior sebelumnya. Begitu seterusnya dan menjadi mata rantai yang tidak putus. 

Kegiatan ospek juga tidak jarang dimanfaatkan oleh senior laki-laki untuk tebar pesona dan menggaet maba-maba perempuan yang unyu-unyu. Mereka jadi bersikap sok baik padahal cuma modus. 

Ospek Itu Penting Nggak Sih? 

Tujuan ospek itu aslinya baik karena bisa memberi gambaran kepada maba seperti apa dunia perkuliahan yang akan mereka jalani. Dan itu berbeda dengan saat mereka masih SMA dulu. 

Dengan menyandang status sebagai mahasiswa, kamu akan dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kalau dulu saat SMA, kamu nggak ngerjain tugas, gurumu masih mau ngejar-ngejar atau ngingetin kamu untuk mengumpulkan. Ketika sudah menjadi mahasiswa, jangan harap dosenmu akan berlaku seperti itu. Kamu mau ngerjain silakan. Nggak ngerjain juga silakan. Tapi kalau nilai akhirmu buruk, itu salahmu sendiri. 

Ospek memang tidak wajib dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai-nilai kamu selama mengikuti perkuliahan. Tapi bisa kan ospek dibuat lebih mendidik dan menyenangkan?

Ospek Virtual, Mental Kolonial

Zaman memang semakin canggih. Tapi kecanggihan teknologi sekali pun percuma kalau mental orang-orangnya masih mental kolonial. 

Seperti halnya video ospek virtual yang sedang viral itu. Video tersebut memperlihatkan seorang maba di salah satu universitas dibentak-bentak oleh seniornya karena tidak mengenakan ikat pinggang. 

Berbagai hujatan dan pembelaan ditujukan untuk panitia ospek ini. Yang membela, berdalih bahwa hal ini semacam latihan mental dan kedisiplinan agar ketika terjun ke dunia kerja nanti lebih terbiasa. Dunia kerja itu lebih kejam dan bentakan senior saat ospek itu nggak ada apa-apanya. 

Basi! Nggak usah sok ngajarin kedisiplinan deh, kalau kamu kuliah aja masih suka titip absen, di kelas molor, skripsi jalan di tempat. Emangnya kamu bisa jamin dengan bentak-bentak juniormu saat ospek bakal membuat mereka lebih disiplin kedepannya? 

Kedisiplinan itu dilatih, dipupuk dan dibiasakan sejak kecil. Nggak bisa kalau menanamkan sikap disiplin secara instan cuma lewat ospek yang beberapa hari itu. 

Latihan mental pun menurut saya juga nggak harus dilakukan dengan marah-marah. Presentasi, pidato, yang intinya berbicara di depan banyak orang aja, itu udah termasuk latihan mental lho. Apalagi bagi orang-orang introvert dan pemalu. 

Jika kamu pikir dengan marah-marah akan membuat junior menghormatimu, kamu salah besar. Jangan-jangan yang mereka tunjukkan itu bukan rasa hormat, melainkan rasa takut. 

Kalau kamu ingin dihormati, hormati juga orang lain. Lha wong kamu aja nggak bisa bersikap baik dan ngemong terhadap juniormu kok, minta mereka menghormatimu. Situ sehat? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun