Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Sebuah Pelarian dari Rasa Sepi dan Frustrasi

14 September 2019   05:35 Diperbarui: 14 September 2019   12:11 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kompasiana beyond blogging-sumber : kompasiana.com

Pernahkah kalian merasa diri tidak berguna dan hanya bisa membawa masalah atau kesulitan bagi orang-orang yang kalian cintai? Pernahkah kalian berada di situasi dimana kalian sudah berusaha dan mengerahkan segala kemampuan, tapi malah dianggap tidak berbuat apa-apa? 

Pernahkah kalian merasa seperti "hilang arah" sehingga butuh bimbingan untuk bisa kembali "on the right track" seperti semula? Pernahkah kalian mencoba membuktikan entah dengan kata-kata maupun tindakan nyata bahwa kalian "benar", tapi orang-orang justru lebih memilih percaya pada kebohongan yang dikatakan tentang kalian? 

Nama kalian seketika jadi jatuh dan si penebar kebohongan malah dianggap pahlawan. Semua berpihak padanya. Sementara kalian tanpa pembela. 

Mungkin bagi kalian, saya terdengar "over dramatic". Tapi memang begitulah yang sebenarnya terjadi. Saya tidak peduli, kalian mau menganggap saya lemah, cengeng, baperan atau apapun sesuka kalian. 

Saya juga tidak peduli apakah kalian menganggap saya lagi curhat atau sambat. Dan saya lebih tidak peduli lagi kalau kalian menganggap tulisan ini hanya sampah! 

Setiap orang pasti punya masalahnya masing-masing. Setiap orang juga pernah berada di titik tertinggi maupun terendah sebuah kehidupan. Yang membedakan adalah sikap mental dan cara mereka memandang serta menyikapinya. 

Ada yang memandangnya dengan kacamata negatif sehigga melarikan diri pada hal-hal yang juga negatif. Namun ada yang memandangnya dengan kacamata positif sehingga melarikan diri pada hal-hal yang juga positif. 

Saya bersyukur karena Tuhan memberikan saya nikmat keimanan pada diri saya. Sehingga jika ada masalah, saya masih punya sandaran yang kokoh untuk menopang hidup saya agar tidak goyah apalagi ambruk. 

Dia selalu bersedia mendengar keluh-kesah, harapan-harapan dan pengakuan dosa saya tanpa menghakimi. Ya, dengan cara inilah saya mendapat ketenangan pikiran dan batin. 

Orang-orang sering menganggap saya sebagai gadis yang kuat, sabar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah. Padahal nyatanya saya hanyalah seorang introvert yang "terlalu pandai" menyembunyikan luka dibalik senyuman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun