Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Lebih Indah Tanpa "Self-Blaming"

23 Juli 2019   10:05 Diperbarui: 23 Juli 2019   10:08 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
person's hands-sumber : pexels.com

Sebelumnya saya ingin tanya, adakah K-ners disini yang seumur hidupnya belum atau tidak pernah gagal sama sekali? Kalau sampai ada yang mengaku belum atau tidak pernah, kemungkinan besar dia bohong. 

Sama halnya dengan kesalahan, manusia mana sih yang tidak pernah berbuat salah? Setiap detik kehidupan kita, pasti ada saja kesalahan atau bahkan dosa yang kita lakukan entah sadar atau tidak. Bukankah manusia itu tempatnya salah dan lupa? 

Kegagalan dan keberhasilan adalah hal yang wajar dan pernah dialami oleh semua orang. Kegagalan bukanlah aib. Bukan sesuatu yang hina dan memalukan. Kita, mau tidak mau, suka tidak suka, harus menerimanya sebagai bagian dari hidup kita. Jadi, tidak pantas bagi kita untuk mengejek atau membully mereka yang pernah gagal. 

Kegagalan itu memang menyakitkan dan menyedihkan. Menerima dan menghadapinya juga kadang tidak mudah. Apalagi kalau kegagalan itu dialami berulang kali. 

Tidak hanya menguras waktu, biaya atau tenaga, tapi juga emosi. Akhirnya timbul pertanyaan-pertanyaan bahkan pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri, "apakah saya bodoh?", "apakah saya tidak berbakat?", "saya menyerah dan ingin berhenti saja" dan lain sebagainya. Singkat kata, kita jadi menyalahkan dan tidak dapat memaafkan diri sendiri atas kegagalan tersebut. Kondisi inilah yang disebut dengan self-blaming.

"Self-Blaming" Sama Bahayanya Dengan "Blaming Others"

Menyalahkan orang lain atas kegagalan yang terjadi pada kita atau blaming others menyebabkan kita tidak mampu mengintrospeksi diri. Kita jadi gampang iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain. Bukannya turut senang dan menjadikannya sebagai motivasi untuk lebih baik lagi, orang seperti ini malah sibuk mencari pembenaran. 

"Dia mah enak punya kenalan orang-orang penting"

"Keluarganya kan kaya. Tinggal nyogok aja bisa"

"Pasti dia pakai pesugihan makanya dagangannya laku" dan lain-lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun