Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksploitasi ABK, Bukan Hanya Dilakukan Kapal Bendera Asing

9 Mei 2020   18:27 Diperbarui: 9 Mei 2020   18:36 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat dan membaca judulnya mungkin teman - teman mengira bahwa saya membela asing asong dan segala tetek bengeknya. Tapi tulisan ini murni saya angkat karena memang salah seorang teman pernah mengalami eksploitasi di kapal yang berbendera Indonesia. 

Kejadian tepatnya saya sudah lupa. Kalau ngak salah ingat kapal mereka karam di sekitar lautan belawan saat membawa hasil tangkapan ikan. Beruntungnya mereka selamat, namun tetap harus kehilangan pekerjaan. Karena perusahaan yang menaungi kapal ikan tersebut cuci tangan dan tidak mau bertanggungjawab. Kasihan ABKnya yang sudah bertarung nyawa, malah tidak mendapatkan pesangon atau paling tidak jaminan untuk bisa mendapatkan kembali pekerjaannya. Teman saya ini akhirnya memilih pulang kampung dan menjadi petani.

Mengapa Banyak Orang Tertarik Menjadi Pelaut?

Bukan rahasia lagi, kalau penghasilan pelaut yang lumayan menjadi daya tarik mengapa banyak orang tertarik menjadi pelaut. Tapi terkadang kita tidak melihat dari sisi resiko yang harus mereka hadapi. 

Saya contohkan saja, untuk seorang Kapten atau Master sebuah kapal pengebor minyak dengan GT 3000 bisa meraup nett 150 USD/ hari. Semua kebutuhan selama pelayaran sudah ditanggung oleh perusahaan. 

Tapi anda tahu resiko jika dia melakukan kesalahan?, apalagi sampai menghilangkan nyawa ABK?

Seorang Kapten akan diadili oleh Pengadilan Internasional dan Ijin Berlayarnya akan dibekukan selama 2 tahun. Hal ini saya tahu dari seorang Kapten Kapal di Perusahaan saya bekerja. Lain jabatan/ranknya maka lain pula resiko yang dihadapi. 

Jadi yang mau saya tekankan untuk teman - teman yang mau/sudah bekerja sebagai ABK agar jangan hanya tergiur dengan besar pendapatan yang diperoleh. Yang paling penting adalah track record dari perusahaan yang menaungi Kapal tersebut. Hal itu bisa kita cari tahu di google atau mempertimbangan masukan teman - teman anda yang sudah lebih dulu menggeluti pekerjaan sebagai ABK. 

Untuk perusahaan yang abal - abal biasanya sangat tidak peduli dengan keselamatan ABK. Terbukti dengan kondisi kapalnya yang jarang docking, dokumen laik lautnya tidak update, peralatan medisnya tidak tersedia, dll. 

Berdasarkan pengalamanku selama menangani ABK di kapal, kelayakan itu dinilai dari supply makanan yang cukup dan sehat, tersedia tenaga medis dan obat2 - obatan untuk pertolongan pertama, zero accident di atas kapal, kapten dan jajaran officernya memiliki pengalaman dan sertifikat pelaut yang diakui, dan perusahaan yang cepat tanggap tanpa mengenal batas waktu. 

Pengalaman saya dulu pernah di telepon jam 12 malam hanya karena ada seorang ABK yang sakit. Dan malam itu juga harus diaturkan agar ABK tersebut bisa segera ditangani oleh pihak Rumah Sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun