Mohon tunggu...
Lulut Rahmawati
Lulut Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Pengembara

I'm introvert but thinking is my personality

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Instrumen Dakwah di Era Disrupsi

15 Mei 2022   00:08 Diperbarui: 15 Mei 2022   00:25 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bismillah
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu 'ala Rosulillah wa 'ala Alihi wa Ashabihi Ajma'in. Amma ba'du.


Ketika kita mendengar nama "dakwah", maka tidak heran dari sebagian kita akan berpresepsi dan mengatakan sebagai kegiatan yang berceramah atau dianggap sebagai kegiatan yang monoton bahkan membosankan. Padahal belum tentu presepsi yang dilontarkan oleh beberapa pihak memiliki unsur kebenaran.


Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da'a-yad'u-da'watan, yang berarti mengajak, menyeru, memanggil. Kegiatan dakwah ini sering dikaitkan dalam konteks Islam, dikarenakan dalam agama Islam sendiri oleh Allah Subhanallahu wa Ta'ala mengajurkan agar setiap orang Muslim itu mengajak kepada sesama manusia yang lain dalam kebenaran, dan telah tertuang dalam kitab suci Al-Qur'an surah Fussilat ayat 33 yang berbunyi,
 
Artinya:
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada agama orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata,'Sungguh, aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri)"?
Kemudian tertulis juga dalam firman-Nya yang lain, surah Al-'Asr ayat 1-3, yang berbunyi,
     
Artinya:
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran."
Dari keterangan dua surah tersebut juga bisa dikatakan bahwa salah satu dari tujuan dari kegiatan berdakwah adalah agar mad'u atau penerima pesan dakwah kembali dan mendekatkan diri kepada Sang Rabb-Nya, yaitu Allah Subhanallahu wa Ta'ala.


Di era globalisasi yang diidentikkan sebagai zaman modern, zaman dimana para generasi abad 20-an lahir ini telah menghasilkan berbagai dampak baik positif maupun negatif di setiap celah kehidupan. Salah satu dari ciri era globalisasi adalah dengan berkembang pesatnya di bidang IPTEK. Adanya perubahan, inovasi yang serba cepat yang mempengaruhi seluruh tatanan maupun sistem di masyarakat yang mana hal tersebut dikenal dengan di era disrupsi.


Berbagai sarana dan prasarana yang semakin maju dan elit, dan sebagai contohnya adalah semakin pesatnya perkembangan alat komunikasi. Dari yang dulunya ketika kita akan melakukan komunikasi atau berbincang-bincang antara kita dengan orang lain maka diharuskan bertatap muka (bertemu) secara langsung dan pada zaman ini, kita tidak diharuskan melakukan hal tersebut akan tetapi bisa melewati sebuah perangkat yang kita sebut sebagai handphone atau smartphone dengan jaringan pendukung (internet) ditambah pulsa (kuota) kita bisa berkomunikasi tanpa dibatasi oleh waktu, jarak, dan ruang. Nah, dengan adanya perangkat baru yang sudah hadir di lingkup kehidupan manusia, mau tidak mau setiap manusia akan membutuhkan perangkat tersebut untuk mempermudah kegiatannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidaklah heran, bahwa di era globalisasi ini bisa kita sebut juga sebagai era digital. Dimana-mana sebagian besar manusia telah bersinggungan dengan hal-hal berbau digital.


Merujuk paragraf sebelumnya, akibat dari adanya kemajuan di bidang IPTEK di era dirsupsi tentunya tidak lepas dari dampak positif dan negatif. Salah satu contoh kecil dari dampak negatifnya adalah bahwa era globalisasi ini mampu merubah gaya kehidupan setiap manusia. Sebagian besar manusia sekarang telah kecanduan bahkan ketergantungan dengan hasil-hasil kemajuan IPTEK. Seperti kita tidak bisa lepas dari sebuah benda hasil kemajuan alat komunikasi bernama handphone. Benda ini membuat candu seseorang karena selain untuk berkomunikasi juga ada banyak fitur-fitur tambahan (baca: social media) yang digunakan oleh pengguna alat komunikasi ini. Dan tanpa adanya batasan ruang dan waktu, sehingga informasi apapun bisa didapatkan dan dibagikan secara bebas dalam perangkat itu. Selain hal tersebut, handphone ternyata bisa memancarkan sinar radiasi yang bisa membahayakan penggunanya jika tidak berhati-hati saat memanfaatkan perangkat-perangkat tersebut.


Di sisi lain, nyatanya masih banyak manusia yang dapat menggunakan alat komunikasi handphone ini secara bijak. Seperti kaitannya dalam bidang dakwah banyak orang berlomba-lomba dalam meraup pahala kebaikan salah satunya adalah share nasehat-nasehat yang dipasang di cerita akun mereka. Bahkan, pada masa-masa kemarin (baca: pandemi Covid-19) qoddarullah wa masya'a fa'ala mengharuskan kita untuk menerapkan gerakan di rumah saja demi kepentingan bersama. Sehingga dengan adanya media sosial tersebut, kita tetap bisa belajar ilmu-ilmu fardhu'ain ataupun fardhu kifayah walau berada di rumah masing-masing. Hal-hal tersebut merupakan salah satu inovasi dalam media untuk kegiatan dakwah, yakni dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK di era disrupsi ini. Dengan banyaknya orang yang candu akan smartphone, maka pesan dakwah bisa mudah disampaikan dan tidak menimbulkan rasa bosan.


Pada masa-masa pandemi covid-19)yakni dimana kita sedang dianjurkan untuk 'di rumah aja' dan mengurangi aktivitas di luar rumah, maka kegiatan dakwah atau kajian Islam yang biasanya diselenggarakan secara offline dan terbuka tentunya mendapatkan sorot perhatian. Dan akhirnya, mau tidak mau, kajian Islam via offline harus diliburkan untuk sementara waktu. Nah dengan adanya kemudahan yang ditawarkan dari sarana komunikasi di era digital ini tentunya menjadi alternative baik dari sisi kita (mad'u) agar tetap bisa menuntut ilmu syar'i, maupun dari sisi da'i untuk tetap bisa berdakwah. Maka tidaklah heran, sudah banyak kajian Islam sekarang yang dilaksanakan secara online.


Sebenarnya kegiatan berdakwah melalui internet ini sudah banyak dilakukan pada saat sebelum adanya pandemi covid-19 ini, tetapi yang menjadi sorotan atau prioritas dakwah di masa ini adalah lewat internet, baik itu melalui live streaming melalui aplikasi social media yang tersedia di smartphone ataupun melalui laptop atau komputer. Dan biasanya aplikasi sscial media yang digemari dan digunakan oleh sebagian besar orang dalam berdakwah ini yaitu melalui youtube, facebook, instagram, dan whatsapp.


Di era disrupsi yang telah banyak menawarkan kemudahan kepada kita untuk berkomunikasi maupun berdakwah, maka alangkah baiknya kita memanfaatkan sebaikmungkin peluang yang ada ini. Sudah tidak ada lagi alasan untuk ketinggalan dalam menuntut ilmu syar'i dikarenakan banyak situs di internet yang telah menyediakannya seputar materi yang ingin kita cari yang juga bisa kita buka kembali ketika lupa. Dan tentunya ketika mencari perlu diperhatikan kejelasan isi artikel dari situs yang kita buka tersebut. Adapun beberapa situs-situs dakwah di internet yang direkomendasikan oleh penulis dan insyaaAllah sudah jelas perihal sanad ilmu dari artikel dakwah yang dimuat bisa membuka di: @rumaysho.com, @hsi.abdullahroy, @muslim.or.id, @muslimah.or.id, @konsultasisyariah.com, @almanhaj.or.id. Tentunya dalam belajar agama melalui internet bukanlah prioritas utama, maka alangkah baiknya setelah selesai pandemi Covid-19 ini kita semakin semangat dalam menuntut ilmu agama serta memanfaatkan kemudahan IPTEK yang ada agar ilmu syari dapat tersebar secara luas.
Semoga Allah Ta'ala selalu memudahkan langkah kita dalam menuntut ilmu syar'i. Wallahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun