Makam Agung adalah nama desa di kecamatan Arosbaya kabupaten Bangkalan Madura. Di desa ini terdapat makam yang sangat bersejarah bagi kota Bangkalan. Makam para raja kerajaan plakaran yang pusatnya berada di desa ta'anyar zaman dulu. Makam ini juga mengadakan acara tahunan berupa haul setiap Jumat terakhir bulan idul adha. Makam ini membawa nostalgia bagi masyarakat Bangkalan dikarenakan tokoh-tokoh makam yang menjadi saksi sejarah peristiwa-peristiwa penting di masa lalu.
Salah satu tokoh tersebut yaitu Raden Pratanu. Pada abad ke 15 dua utusan dari kerajaan Mojopahit yang bernama Lembu Petteng dan Menak Senoyo datang ke Madura dan menetap di Sampang. Keturunan Lembu Petteng yang bernama Ny. Ageng Budo menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Aryo Pecuk. Suami Ny. Ageng Budo merupakan keturunan dari Menak Senoyo.
Pernikahan Aryo Pucuk dengan Ny. Ageng Budo dianugerahi anak yang diberi nama Ki Demung. Sesudah cukup umur Ki Demung berkelana kearah barat, tibalah ia di daerah Plakaran. Di daerah Plakaran itulah Ki Demung mendirikan sebuah kerajaan. Setelah Ki Demung meninggal digantikan oleh putranya yaitu Raden Pragalba dengan gelar pangeran Plakaran juga dijuluki pangeran Islam ongguk. Pangeran Plakaran mempunyai anak yang diberi nama Ki Pratanu.
Ki Pratanu dinobatkan pada tanggal 12 robiul awal sesuai tradisi raja terdahulu dengan gelar pangeran lemah duwur. Pada masa pemerintahan ini kerajaan sangat ramai dan harmonis dengan pusat religi disekitarnya seperti Ampel, Tuban, dan Gresik. Maka didirikanlah masjid pertama di kerajaan Plakaran.Â
Hari bersejarah penobatan Raden Pratanu ini juga dijadikan momentum sebagai peringatan hari jadi kota Bangkalan yaitu pada tanggal 12 robiul awal 1898 bertepatan dengan tanggal 24 Oktober 1531.
Sedangkan nama "Bangkalan" diambil berdasarkan suatu peristiwa, yaitu peristiwa ketika Ke' lesap memberontak terhadap pemerintahan Cakraningrat V yang mendapat bantuan dari Belanda.