Mohon tunggu...
Lulu Fatimah
Lulu Fatimah Mohon Tunggu... -

pencinta Tuhan ||| Penyuka Hujan ||Perindu Senja ||Penikmat Kopi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak-jejak di Kota Istimewa yang Penuh Tawa Bahagia

9 Januari 2018   23:58 Diperbarui: 11 Januari 2018   14:59 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir tahun selalu menjadi waktu yang tak pernah absen dari yang namanya "LIBURAN". Bagaimana bisa menjelang pergantian tahun tidak dirayakan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang bisa memanjakan mata serta merefresh pikiran yang terkungkung oleh segudang pekerjaan. Selagi masih ada rezeki serta kesehatan tak ada salahnya memanfaatkan waktu dengan berliburan agar pikiran kita menjadi fresh dan siap untuk menyambut tahun yang penuh dengan harapan baru. 

Sayapun sebagai manusia seperti yang lainnya memilih untuk berliburan dengan mengunjungi kota yang di pimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X itu. Yogjakarta adalah salah satu kota yang selalu saya kagumi dan rindukan. Masyarakatnya yang sangat ramah, terdapat banyak tempat wisata budaya, kebersihan kota, kuliner yang menggugah selera serta banyak lagi alasan yang membuat saya jatuh cinta dan selalu rindu jika meninggalkan kota ini. Kecintaan saya dengan kota Yogjakarta hampir sama dengan kecintaan saya dengan kota dimana saya di lahirkan, yaitu Bandung.

Sabtu tanggal 16 Desember saya bersama beberapa tante, sepupu serta rekan kerja tante saya siap berangkat ke Yogja dengan menggunakan kereta Kahuripan. Liburan yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari karena tiket kereta tidak bisa dibeli dadakan apa lagi saat liburan tiba, maka kita terlebih dahulu membooking tiketnya. 

Kita memilih menggunakan kereta karena ingin mendapatkan sensasi liburan yang penuh warna, terlebih banyak sekali dari rombongan liburan ini yang belum pernah merasakan duduk berjam-jam di kereta, biasanya mereka memakai kereta tak lebih dari satu jam. Kereta yang kami pilihpun kereta ekonomi dengan tempat duduk yang berhdap-hadapan serta kursi yang alasnya cukup kerta, hanya terdapat AC, colokan listrik serta toilet yang seadanya saja kelebihannya.

Pukul enam sore kereta mulai berangkat, menit awal saat kereta meninggalkan statasiun kiaracondong rombongan liburan saya masih amat antusias, satu jam, dua jam perjalanan masih dinikmati, tiga jam berikutnya raya antusias itu mulai mengikis kareta pegal yang mendera. Duduk di bangku penumpang yang tempat duduknya terseting berhadap-hadapan serta kapasitas ruang yang sempit serta barang yang begitu banyak menghabiskan tempat untuk dipijak menjadikan kaki terasa pegal. 

Empat jam perjalanan, banyak bapak dan ibu yang mengeluh pegal-pegal dan ingin berselonjoran. Sayapun mulai merasa sedikit pegal, tapi saya tidak khawatir karena selalu membawa Geliga Krim yang menjadi sahabat setia dimanapun dan kapanpun saat pegal melanda. Salah satu bapak dari rekan kerja tante saya sudah merasa pegal sekali, diapun beranjak dari tempat duduk dan berjalan-jalan menelusuri tiap gerbong untuk menghilangkan pegal, di setiap stasiun saat kereta berhenti diapun turun sejenak untuk menghilangkan rasa pegalnya. Setelah beberapa saat berjalan-jalan bapak itu masih mengeluh pegal, sayapun menawarkan agar mengoleskan Geliga Krim pada otot-otot yang dirasa pegal, tanpa pikir panjang bapak itu pun langsung meminta kepada saya Geliga Krim itu. Beberapa saat kemudian Geliga Krim itu sudah bereaksi, dan kakinya BebasPegal.

Hampir kurang lebih Sembilan jam berlalu, perjalan didalam keretapun berakhir. Kira-kira pukul tiga pagi lebih saya dan rombongan sampai di stasiun Lempuyangan Yogjakarta. Bagi saya untuk pejalan naik kereta berjam-jam seperti ini bukan hal yang pertama kalinya, karena sudah beberapa kali mengunjungi Jawa Timur serta Yogjakarta menggunakan kereta. Namun bagi rombongan lainnya ini adalah hal pertamanya, rasa pegal, kantuk, lelah, terlihat dari wajah-wajahnya. 

Kitapun masih harus duduk dikursi panjang ruang tunggu statasiun karena Bus yang di sewa belum menjemput. Satu jam kemudian, adzan Subuhpun berkumandang, satu persatu bergantian untuk sholat subuh dan menjaga barang-barang. Setelah sholat subuh, bus akhirnya datang. Kita berlarian mencari tempat duduk dan merebahkan punggung pada kursi yang sedikit empuk. Kita memilih untuk beristirahat di hotel yang sudah di pesan sebelumnya. 

Sebelum tidur sejenak, the power of Ibu-ibu mulai beraksi,  rekan kerja dari tante saya mengatur jam berapa kita berangkat, kemana rute perjalanan, serta yang lain-lainnya. maka kita sudah di peringakan kalau jam tujuh sudah harus siap, kemudian sarapan pagi lalu berkumpul di halaman hotel, agar jam delapan pagi bus sudah siap mengantar kemanapun tempat wisata yang kita mau.

Rasa antusias untuk berwisata mengalahkan segala, istirahat hanya sekitar dua jam lebih tapi kita sudah merasa segar. Jam tujuh sarapan sudah siap kita santap dan Buspun sudah siap menanti kita. Tepat tanpa ada jam karet, jam delapan kita meninggalkan hotel dan siap untuk beriwisata. Destinasi awal kita jatuh pada Candi Bororbudur, walaupun sebagian besar sudah pernah ke tempat itu tapi rasanya tidak afdol kalau ke Yogja tidak berkunjung ke Candi Borobudur. 

Sesampainya disana ternyata kita bersaing dengan jutaan manusia yang liburan lainnya. Tiket sudah ditangan, kacamata terpasang, topi tersemat, tongsis digenggam, dan kita siap untuk mengabadikan moment kebahgian liburan. Cekrek-cekrek kamera ponsel mengabadikan setiap moment, gayapun sudah berganti-ganti, serta objek fotopun sudah berubah-ubah dari yang rombongan, sekeluarga, berempat, bertiga, berdua, sampai sendirian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun