Mohon tunggu...
Lukman Bin Saleh
Lukman Bin Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Madrasah Aliyah NW Sambelia- Lombok Timur FB:www.facebook.com/lukmanhadi.binsaleh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tolong, Kami Tidak Mengerti Seks

22 November 2015   02:16 Diperbarui: 22 November 2015   14:59 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: theglobejournal.com"][/caption]Lihatlah hasil survei SKRRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja) tahun 2012 tentang alasan yang menyebabkan para remaja berhubungan seks sebelum menikah:

  1. Terjadi begitu saja

Hasil SKRRI menunjukkan 22,3 persen remaja pria dan 38 persen remaja wanita melakukan seks di luar nikah dengan alasan terjadi begitu saja.

  1. Penasaran

57,5  persen remaja pria dan 11,3 persen remaja wanita melakukan hubungan seks di luar nikah dengan alasan penasaran.

  1. Dipaksa pasangan

Remaja pria yang melakukan seks di luar nikah dengan alasan dipaksa pasangan sebesar 1,7 persen sedangkan remaja wanita 12,6 persen.

  1. Ingin menikah

Alasan ini mendasari 1,9 persen remaja pria dan 1,4 persen remaja wanita melakukan seks di luar nikah.

  1. Pengaruh teman

1,2 persen remaja pria dan 1,2 persen remaja wanita berhubungan seks di luar nikah dengan alasan pengaruh pergaulan. Sisanya dengan alasan lain-lain.

Dari lima alasan remaja melakukan seks di luar nikah yang diungkap SKRRI, alasan yang paling banyak membuat remaja melakukan hubungan seks di luar nikah adalah terjadi begitu saja dan penasaran.

Di sini kita dapat memahami bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah adalah korban. Korban ketidaktahuan. Korban ketidakmengertian. Sehingga dengan alasan yang sangat sederhana: terjadi begitu saja dan penasaran mereka melakukan tindakan yang sebenarnya memiliki resiko yang sangat tinggi. Mulai dari terinveksi penyakit menular sampai terpaksa harus aborsi.

Akankah kita membiarkan mereka terus menerus menjadi korban? Tentu kita akan menjawab tidak. Lalu apa yang harus kita lakukan? Selaku orang tua, kakak, masyarakat, guru atau lainnya untuk menolong mereka?

Sudah jelas yang namanya ketidaktahuan mesti diatasi dengan pendidikan. Tentu pendidikan bukan dalam arti sempit yang harus bersifat formal tapi pendidikan dalam arti luas.

Sayangnya kultur kita di Indonesia, pembicaraan tentang seks antara orang tua dan anak masih dianggap tabu. Ini memang satu tantangan. Tapi bagaimanapun itu, pastikan kita memberi pendidikan seks pada anak-anak kita yang memasuki usia remaja. Beri mereka pemahaman. Jangan sampai merek menjadi korban ketidaktahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun