Mohon tunggu...
Lukman Karnendi
Lukman Karnendi Mohon Tunggu... Konsultan - Social Educator

Jika ada yang harus saya kerjakan, akan segera saya selesaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tingkatkan Literasi Mengikis Kebodohan

10 September 2019   05:55 Diperbarui: 10 September 2019   05:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Literasi Yang Sepi

Fenomena-fenomena apapun yang terjadi dizaman sekarang sangatlah mudah untuk menjadi sebuah perbincangan dan menjadi sesuatu yang menghebohkan bukan hanya di alam maya tetapi juga bisa menghebohkan hingga ke alam nyata. 

Misalnya saja sehari-hari kita membuka gadget,televise,media atau cetak, lalu disanalah kita akan bisa melihat berbagai hal yang bisa kita ketahui apalagi terhadap konten-konten yang sedang viral saat itu. 

Entah itu fenomena tentang Pendidikan, Perpolitikan, Pemerintahan, Kerusakan lingkungan, Bisnis, Anak-anak, Remaja, Dewasa, dan masih banyak lagi. 

Lebih mudah lagi dizaman milenial ini dengan hanya bermodalkan gadget yang bisa terhubung dengan internet ke media sosial maka akan bisa banyak sekali informasi-informasi yang berkaitan dengan suatu fenomena.

Terlepas dari pada fenomena tersebut akan menjadi berdampak positif dan memberikan solusi dari permasalahan yang ada dimasyarakat ataupun akan berdampak negatif dan tidak akan menjadikan suatu solusi bagi permasalahan yang ada dimasyarakat. Maka tetap informasi terhadap suatu fenomena akan bisa diakses kapan pun dan dimana pun.

Tetapi, jika diperhatikan lebih detail masalah dalam budaya Literasi itu sangat minim sekali menjadi sebuah perbincangan yang berkepanjangan dan menjadi suatu permasalahan yang tidak menjadi begitu viral sama sekali. 

Seakan-akan dalam budaya Literasi ini bukan menjadi sebuah masalah yang serius yang harus secara berkelanjutan dibicarakan dan dicari solusinya.

Tetapi,Pemerintah Indonesia juga tampak adem ayem saja ketika UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. 

Masyarakat  di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN, selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. 

Angka tersebut kian timpang saat disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku per tahun. Saat bersamaan, warga Jepang membaca 10-15 buku setahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun