KANG SANTRI "NGURAS KOLAM MASJID"
Dunia santri menurutku, saat nyantri dulu penuh dengan tawa dan ceria. Bagaimana tidak, buktinya saat dihukum saja masih bisa dibuat senang-senang, tertawa  dan bergurau. Apalagi ketika dapat kiriman uang maupun makanan dari orang tua. Rasanya bahagia yang luar biasa, dan sepertinya sangat sulit diceritakan dengan kata-kata.
Nguras Kolam Masjid menjadi hukuman terpaforitku, ketika melanggar tata tertib dipondok maupun sekolah. Walaupun nantinya ketika pulang keasrama pondok, badanya masing dalam kondisi basah kuyup.
Kenapa, ketika aku mondok ada hukuman menguras kolam tempat wudlu masjid. Mungkin karena lokasi sekolahku dekat Masjid. Sehingga bila ada santri sekolah yang melanggar tata tertib sekolah dihukum " Nguras Kolam Masjid."
Aku masih ingat persis dan kadang masih senyum-senyum sendiri. Ketika aku silaturahmi ke rumah Kyaiku dan wudlu di Masjid, yang pernah dijadikan tempat hukuman bagiku.
Hukuman nguras kolam masjid, bagiku dan teman-teman santri pada saat itu, dapat dikatakan hukuman yang menyenangkan.
Loohh.. kok bisa. Hukuman dikatakan menyenangkan.
Ada beberapa argumen yang dijadikan pernyataan menyenangkan oleh aku.
Pertama, dengan dihukum menguras kolam masjid. Dipastikan tidak mengikuti pelajaran sampai jam terakhir. Bayangkan saja. menguras kolam dengan ukuran kurang lebih 6 Meter persegi dan tinggi 1.25 M. Maka dibutuhkan setengah sampai 1 jam untuk menguras airnya sampai habis. Apalagi belum menggosok-gosok lumut atau noda yang menempel di kolam, dipastikan lebih dari 2 jam.
Waktu secepat itu kalau dikerjakan secara serius dan diawasi oleh bapak guru atau ustadz yang suruan Pak Kyai. Kalau enggak ada yang ngawasi dan memperhatikan. Kolam masjid yang mau dikuras, dijadikan kesempatan untuk berenang, dan loncat-loncatan lebih dahulu.
Wajarlah karena saat itu, aku masih anak-anak. mmmmm.
Kan.. masih wajar.
Namanya saja anak-anak.
Apalagi kalau saat musim kemarau, dipondok mengalami kekurangan air, nguras kolam masjid, menjadi kenikmatan tersendiri, untuk dapat mandi, tanpa harus menimba disumur yang sangat dalam, dan harus antri bersama santri yang lain.