Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis salah satu usaha untuk mengikat ilmu. Aktifitas saya sebagai jurnalis warga menjadikan selalu untuk menulis berita. Begitu juga sebagai kontributor TVMU untuk wilayah Brebes, mesti menulis Naskah narasi berita. Jadi Menulislah...menulis...dan menulis...Salam Literasi

Kontributor TVMu untuk Kabupaten Brebes

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ghozwul Fikri, Strategi Perang Non Fisik

9 September 2020   17:36 Diperbarui: 9 September 2020   17:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.vdu.lt/

Sekitar tahun 2004, penulis dikenalkan istilah "Ghozwul Fikri" oleh Guru BK SMA Negeri 1 Brebes, H. Lukman Hakim. Istilah itu terasa asing di telinga penulis karena tidak memahami bahasa arab. Namun, mengemuka saat remaja muslim telah dicecar dengan berbagai pemikiran -- pemikiran yang liberal, kebarat-baratan dan meninggalkan kebiasaan Islami.

Perang pemikiran atau ghozwul fikri muncul sebagai tindak lanjut perang fisik musuh islam yang menggunakan strategi baru. Mereka membuka madrasah orientalis dengan membuka beasiswa -- beasiswa di luar negeri lalu disana remaja muslim dicuci otaknya untuk mengotak atik agamanya, minimal merubah pola pikir pemahaman islam yang dikolaborasikan dengan idealisme dan perubahan baru yang diolah dari pemikirannya sendiri.

Alih alih dengan alasan membuat sebuah terobosan baru dalam agama yang menyalahi syariat, namun dengan dasar kebebasan menafsiri maka dengan entengnya mengotak atik ayat dan meninggalkan tafsir para ulama terdahulu. Seolah terkerangkeng dengan tafsiran lama, akhirnya membuat tafsiran sendiri yang menurutnya lebih modern dan maju disesuaikan dengan zaman.

Setidaknya ada tiga point penting dalam perang pemikiran, di antaranya memerangi ideologi atau paham, menghancurkan akhlak muslim, dan menghancurkan aqidah seorang muslim.

Point pertama adalah memerangi ideologi atau paham pemikiran yang sudah sesuai dasar landasan syariat, lalu diperangi dan mencoba mengubah dengan perlahan ke arah pemahaman sekulerisme, pluralisme, ateisme dan lainnya. Kebebasan dalam beragama dan menakar bahwa semua agama itu sama, semuanya baik, tidak perlu ada fanatisme terhadap agama, semuanya baik, semuanya benar.

Seandainya kalimat pemahaman semua agama itu benar ada tambahannya, mungkin sesuai. Semua agama itu benar, bagi pemeluknya. Itu baru sesuai, mereka mempunyai pilihan hidup sendiri - sendiri. Bukankah di dalam agama Islam juga sudah memberikan penjelasan bahwa " Laa Ikrooha fiddiin " Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam.

Jadi, tidak perlu kemudian para remaja muslim melemahkan agamanya sendiri, bukan hanya agama saya yang benar, agama lain juga benar dan baik, semuanya sama. Mestinya, tidak harus seperti itu, biarlah muslim bangga dengan muslimnya, kristen bangga dengan kristennya dan agama lain bangga dengan agamanya. Namun, tidak perlu melemahkan agamanya sendiri lalu mengangkat agama lain sama baiknya. Inilah benih - benih ghozwul firki sudah masuk di pemikirannya.

Kedua, ghozwul fikri merusak akhlak seorang muslim dengan menyuguhkan budaya barat yang tidak sesuai islam, seperti valentine, hallowen, freesex, minum - minuman keras, narkoba dan lainnya. Generasi muda inilah yang dirusak karena merupakan estafet generasi islami yang mestinya mempertahankan budaya atau kebiasan islam yang baik.

Ketiga, ghozwul fikri memerangi aqidah seorang muslim, bagaimana para orientalis membubuhkan ke pemikiran generasi muda Islam sebuah paradigma berfikir yang menghancurkan akhlak umat islam. Bagaimana perlahan mencoba menjauhkan orang islam dari Islamnya. Menanamkan ketakutan dengan syariat Islam, menanamkan pemikiran bahwa Islam bukan segala - galanya. Phobia dimunculkan, agar setiap langkah dan gerak perlahan menjauh dari aturan Islam. Sehingga menghasilkan dari targetnya yakni Umat Islam mulai Phobia dengan Islamnya.

Lukmanul Hakim, KBC-05

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun