Mohon tunggu...
Lukman Yunus
Lukman Yunus Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di pedesaan

Minat Kajian: Isu lingkungan, politik, agama dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Kopi bagi Petani di Desa

10 Juli 2020   10:22 Diperbarui: 10 Juli 2020   10:20 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi | Foto Lukman Yunus


KOPI. Siapa yang tidak mengenal kopi? Saya kira sebagian besar kita mengetahui apa itu kopi. Ada yang sekedar mengetahui kopi dan tidak mengonsumsinya lantaran tidak suka dan atau karena mengidap penyakit tertentu sehingga tidak dibolehkan. Sebaliknya ada yang mengetahui kopi dan menjadi candu. Candu dalam artian seorang yang menikmati kopi secara terus-menerus, katakanlah hampir setiap hari mengonsumsi satu hingga dua gelas kopi.

Filosofi Kopi mengingatkan penulis dengan salah satu judul film yang dibintangi oleh aktor Chico Jericho dkk. Tapi disini penulis bukan membahas film tersebut. Akan tetapi filosofi kopi bagi petani di desa saya. Apa manfaat kopi dari perspektif petani dan bagaimana hubungan kopi dengan pekerjaan?

Lalu seperti apa filosofi kopi bagi petani di desa saya? Sedikit bercerita tentang letak geografis daerah tempat saya tinggal, yaitu daerah provinsi Nusa Tenggara Timur. Jika lebih spesifik lagi, saya berdomisili di kabupaten Manggarai Barat. Mata pencaharian di kabupaten saya berada secara garis besar yaitu berprofesi sebagai petani dan nelayan. Umumnya petani mendiami dataran tinggi sedangkan nelayan di dataran rendah pesisir pantai. Nah saya sebagai bagian dari petani mendiami dataran tinggi. 

Untuk itu, saya membatasi diri berbagi pengalaman soal perspektif petani tentang kopi dan hubungannya dengan pekerjaan petani itu sendiri.

Perspektif Petani Tentang Kopi

Tanaman kopi menjadi salah satu komoditas ekonomi yang dimiliki oleh daerah saya. Sehingga tidak sulit untuk mendapatkan kopi, bisa ditemui di pasar maupun langsung ke pekebun kopinya. Kondisi itulah yang menjadikan kami petani di desa merasa dekat dengan kopi. Sehingga tidak heran jika kopi menjadi minuman favorit yang bisa dikonsumsi kapan saja jika diperlukan.

Mengonsumsi kopi menjadi rutinitas kami setiap harinya. Pada saat ayam berkokok menandakan waktu pagi tiba, maka menu pertama yang menjadi hukum wajib ialah minuman kopi. Dalam sebuah keluarga kecil dari anak hingga orang tua duduk melingkar, di depannya masing-masing memiliki segelas kopi. Aroma kopi yang menyebar ditambah riuh cerita menjadi harmonisasi hubungan keluarga. Sungguh suasana pagi yang indah.

Jadi dapat dipastikan di desa tempat saya tinggal hampir seluruh dapur memiliki persediaan kopi. Menjadi hambar rasanya jika setiap bangun pagi tanpa suguhan kopi. Oleh karenanya, ketika stok persediaan kopi di rumah hampir habis maka seorang ibu ataupun salah satu anggota keluarga akan diutus untuk berbelanja kopi. Seolah menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi. Begitulah adanya.

Seorang anak dan ibunya sedang mencabut bibit padi | Foto Lukman Yunus
Seorang anak dan ibunya sedang mencabut bibit padi | Foto Lukman Yunus

Hubungan Kopi dengan Pekerjaan

berprofesi sebagai petani selain memerlukan asupan makanan banyak juga minuman yaitu kopi. Kopi setiap paginya menjadi pengantar untuk menggugah semangat para petani di desa saya. Ada energi yang kuat yang terdapat dalam segelas kopi. Iya benar! Yaitu energi cinta dan semangat. Kopi menjadikan kita petani mencintai pekerjaan juga menjadikan semangat dalam bekerja.

Hamparan sawah di desa saya | Foto Lukman Yunus
Hamparan sawah di desa saya | Foto Lukman Yunus

Mengonsumsi kopi tidak terbatas ruang, contohnya kami petani juga membawa kopi ke tempat kerja. Bukan kantor, apalagi kalau bukan sawah. Di sela-sela pekerjaan, dari fase membajak sawah hingga memanen padi, kopi turut hadir mewarnai hari-hari petani. Energi cinta dan semangat, menjadikan kami petani menyukai kopi.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun