Mohon tunggu...
Luki Prasetya
Luki Prasetya Mohon Tunggu... Animator - Manusia biasa

Tidak ada ilmu yang tak berguna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bangkitnya Pahlawan Perisai (Chapter 1)

13 Februari 2020   12:15 Diperbarui: 13 Februari 2020   18:24 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menatap mereka dalam hening, dan segera mereka bertiga menatapku. Kenapa mereka tersenyum? Kalo bisa merasakan ketegangan ruangan yang meningkat.

Dasar sialan! Aku yakin mereka sebenarnya senang ada disini. Pikirkan kalau itu memang benar! Mereka akan mendapatkan kesempatan untuk berpetualang di dunia lain. Itu akan jadi mimpi jadi nyata! Tentu, itu adalah sebuah klise, tapi tetap aja, bisakah setidaknya kita mendengar mereka duluan?

Pria yang memegang pedang tampak dia adalah seorang siswa SMA. Dia mengarahkan pedangnya pada si pria berjubah dan berteriak, "Tidakkah kau merasa bersalah karena memanggil orang ke duniamu tanpa seijin mereka?"

"Selain itu," kata pria yang memegang busur dan panah, "Bahkan jika kami menyelamatkanmu dan membawa perdamaian pada duniamu, kau hanya akan mengirim kami kembali ke rumah, kan? Itu terdengar seperti sebuah pekerjaan bagiku." Dia melotot pada pria berjubah.

"Aku penasaran seberapa banyak kau telah mempertimbangkan pendapat kami pada hal ini. Aku penasaran gimana bisa itu kayak untuk kami? Bergantung pada arus pembicaraannya, ingat baik-baik bahwa kami mungkin saja berakhir menjadi musuh duniamu."

Jadi begitulah. Itulah yang mereka inginkan. Inilah jadinya saat mereka mencoba dan memahami posisi mereka dan menuntut sebuah hadiah. Yah, mereka tentunya orang yang blak-blakan, sekelompok orang yang sangat percaya diri. Aku merasa seperti aku kalah dari mereka.

"Ya. Yah, kami ingin kalian berbicara dengan sang raja. Beliau akan mendiskusikan kompensasi dengan kalian di ruang tahta."

Salah satu pria berjubah, yang kayaknya pemimpin mereka, mendorong sebuah pintu yang kelihatan sangat berat sampai terbuka, kearah yang dia tunjuk yang mana merupakan arah yang harus kami tuju.

"Terserahlah."

"Nggak masalah."

"Kurasa itu bukan masalah dengan siapa kami berbicara, tapi bodo amat dah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun