Mohon tunggu...
Luhut Pandjaitan
Luhut Pandjaitan Mohon Tunggu... -

"Untuk segala sesuatu, ada masanya. Untuk apapun di bawah langit, ada waktunya"\r\nKunjungi: www.luhutpandjaitan.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Setengah Abad Pidato "I Have a Dream"

17 September 2013   08:18 Diperbarui: 4 April 2019   07:34 2589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh pergerakan kulit hitam AS, Martin Luther King.(U.S. Information Agency. Press and Publications Service)

Ini adalah judul pidato yang diucapkan oleh tokoh hak asasi manusia Dr Martin Luther King Jr pada 28 Agustus 1963, lima puluh tahun lalu. Pada waktu itu Dr. King berpidato di hadapan sekitar 250 ribu orang kulit hitam yang berkumpul di depan monumen Abraham Lincoln di Kota Washington DC, Amerika Serikat. 

Ketika itu pula, hanya setengah abad lalu, masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi warga kelas dua. Di bagian selatan negara itu warga kulit hitam tidak boleh naik bus yang dinaiki oleh kulit putih, tidak boleh mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah kulit putih dan tidak boleh masuk restoran khusus untuk kulit putih. 

Sungguh mengherankan, negara besar yang sering menyebut dirinya sebagai kampiun demokrasi masih memperlakukan warga negaranya yang kebetulan berkulit berbeda, secara tidak setara. Sungguh membangggakan pula pada tahun 1963 itu Indonesia tidak pernah memperlakukan warganya, dari asal mana saja, sebagai warga kasta rendahan. 

Pidato Dr. King tersebut adalah salah satu pidato yang paling banyak dikutip sebagai salah satu speech that change the world. Pidato yang mampu mengubah dunia, setara seperti juga pidato John F Kennedy ketika ia dilantik menjadi Presiden AS, ia mengatakan, “ask not what the country can do for you, ask what you can do for your country.” (Januari, 1961) Saya ingin mengutip bagian pidato Dr. King yang paling dramatis. 

Ada enam kalimat yang semuanya dimulai dengan kata-kata “I have a dream.” Saya mempunyai mimpi. Tetapi bagi saya ada dua yang mempunyai arti sangat menyentuh. 

“I have a dream that one day on the red hills of Georgia the sons of former slaves and the sons of former slaves owner will be able to sit down together at the table of brotherhood.” (Saya mempunyai mimpi, bahwa suatu hari di bukit yang memerah di Georgia, anak-anak dari bekas budak dan anak-anak dari bekas pemilik budak akan duduk bersama di meja persaudaraan). “I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the colour of their skin but by the content of their character. I have a dream today!” (Saya mempunyai mimpi bahwa keempat anak saya yang kecil suatu hari akan hidup di sebuah negara di mana mereka tidak dinilai dari warna kulitnya, melainkan oleh isi karakter mereka).

lutg-5ca550c595760e1ed0699829.jpeg
lutg-5ca550c595760e1ed0699829.jpeg

Sumber gambar: canadianimmigrant.ca, image by Margaret Jetelina

Ketika suatu ketika seorang senator berkulit hitam dan pernah menjadi warga Jakarta selama beberapa tahun bernama Barrack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pertama, yang bukan berkulit putih, semua teringat akan pidato inspiratif Dr. Martin Luther King di atas. 

Ia dan mungkin puluhan juta warga Amerika berkulit putih maupun yang berkulit warna lain tidak mengira bahwa impian Dr. King terwujud juga. Impian telah menjadi kenyataan! Bagaimana di Indonesia? Saya, sebagaimana banyak orang Indonesia lain juga punya mimpi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun