Saya mempunyai mimpi bahwa suatu hari nanti kita semua menghargai dan menghormati sesama warga bukan karena punya latar belakang etnis yang serupa, bukan karena berasal dari kampung halaman yang sama, bukan juga karena suatu iman dan satu agama, melainkan dihargai dan dihormati karena ia orang Indonesia yang mampu berjuang untuk mengangkat harkat dan hidup manusia-manusia Indonesia lainnya.Â
Saya mempunyai mimpi, bahwa suatu hari dimasa dekat, kita semua akan ikhlas memilih seorang pemimpin bukan karena ia lahir dari suku mayoritas terbesar, bukan karena ia berkulit dan berwajah sama dengan dirinya, dan bukan karena ia satu imam, kepercayaan atau agama dengannya; melainkan karena ia seorang pemimpin yang mampu serta bisa membawa bangsa dan negara ini ke arah yang lebih baik, ke arah Indonesia Emas yang gemilang.Â
Bila setengah abad lalu banyak kaum pesimis mengatakan bahwa pidato Dr. Martin Luther King itu hanya mimpi di tengah hari bolong, kini semua pihak mengakui mimpinya tepat dikatakan sebagai visi yang mulia.Â
Saya juga yakin bahwa mimpi yang saya kemukakan di atas bukan hanya pribadi seorang Luhut B. Pandjaitan di siang hari bolong, tetapi visi jutaan masyarakat Indonesia yang menginginkan kehidupan yang lebih baik. Masyarakat Indonesia yang dipaterikan dalam Mukadimah UUD 1945 yang mampu menuju masyarakat adil dan makmur. (LBP)