Mohon tunggu...
Luhur Satya Pambudi
Luhur Satya Pambudi Mohon Tunggu... profesional -

Seorang lelaki sederhana yang suka menulis cerpen, soal sepak bola, dan bisa pula perihal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Motivasi (Basi) untuk Timnas Indonesia

19 September 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Prakata

Saya membuat tulisan bertajuk ’Tiada yang Tak Mungkin bagi Tim Merah Putih’ pada awal Agustus 2011 untuk menjadi motivasi bagi timnas Indonesia sebelum menghadapi Iran (2/9) dan Bahrain (6/9) pada Pra-Piala Dunia 2014. Tulisan tersebut langsung saya kirim ke salah satu tabloid olah raga nasional dan ternyata tidak dimuat. Demikian pula ketika saya mengirimnya dua pekan sesudahnya ke sebuah majalah sepak bola terbitan Jakarta.

Sesudah dua kali kekalahan Indonesia dari Iran dan Bahrain, materi tulisan saya memang menjadi tidak relevan lagi atau bahkan sudah basi. Tapi daripada hanya saya dan sedikit orang yang pernah membacanya, maka saya memberanikan diri memasangnya hari ini di Kompasiana. Semoga masih tetap ada hikmahnya.

Tiada yang Tak Mungkin bagi Tim Merah Putih

Tak ada yang mudah, tapi tiada yang tak mungkin. (Napoleon Bonaparte)

Bukan tanpa alasan Napoleon Bonaparte (1769-1821) mengungkapkan sebuah kalimat bermakna dalam yang masih bisa kita simak sampai hari ini. Hal itu berawal dari rencananya menyeberangi pegunungan Alpen bersama pasukannya yang semula dianggap ’tidak mungkin’ oleh semua orang.

"Apakah mungkin untuk melewati jalan ini?" tanya Napoleon kepada para insinyur yang dikirim untuk menyelidiki terusan St. Bernard yang menakutkan itu.

"Barangkali, bukannya tidak mungkin," jawab mereka ragu-ragu.

"Tempuh saja!" jawab Napoleon tanpa menghiraukan berbagai kesukaran yang hampir tak teratasi. Inggris dan Austria menertawakan keputusan Napoleon untuk menggerakkan pasukannya melintasi pegunungan Alpen. Tak pernah ada orang yang bisa, apalagi dengan membawa 60.000 tentara, dilengkapi dengan meriam-meriam besar, berpeti-peti peluru, dan barang dalam jumlah besar. Namun manakala tindakan yang ’mustahil’ itu selesai, orang-orang baru menyadari bahwa hal itu ternyata memang bisa dilakukan. Yang diperlukan hanyalah keberanian serta tekad seperti yang dipunyai Napoleon. Dia tidak pernah gentar menghadapi segala rintangan dan mengambil kesempatan itu.

Memang Tak Mudah, Tapi Masih Mungkin

Indonesia akan berhadapan dengan Iran, Qatar, dan Bahrain di Grup E Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia. Di atas kertas peluang timnas untuk lolos ke putaran selanjutnya (minimal sebagai runner-up grup) nyaris mustahil. Posisi Indonesia dalam peringkat FIFA terpaut jauh dengan ketiga negara Timur Tengah tersebut. Iran (54), Qatar (90), Bahrain (100), dan Indonesia (137). Reputasi ketiga tim tersebut -masih di atas kertas- juga lebih baik ketimbang Indonesia. Iran pernah tiga kali tampil di Piala Dunia, tiga kali juara Piala Asia, sebagian pemainnya bermain di Eropa, dan kini ditangani pelatih top Carlos Queiroz (Portugal). Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 terakhir tampil hingga perempat final di Piala Asia 2011 dan banyak dihuni pemain naturalisasi. Bahrain dalam dua kali Kualifikasi Piala Dunia terakhir bahkan bermain hingga play-off antar zona, namun dikalahkan oleh Trinidad & Tobago (2006) dan Selandia Baru (2010).
Mengambil inspirasi dari kisah nyata Napoleon tersebut, Tim Merah Putih sesungguhnya masih memiliki kemungkinan untuk lolos mendampingi Iran -sebagai unggulan utama- meski tentu tak mudah untuk mewujudkannya. Sebelum menghadapi Turkmenistan, publik tanah air –termasuk penulis- meragukan timnas bisa menang, mengingat permasalahan yang sangat kompleks, seperti : pelatnas yang amat singkat dan pergantian pelatih mendadak. Nyatanya Boaz Solossa dkk sukses melewati hadangan tim dari negara bekas anggota Uni Sovyet tersebut, kendati sempat membuat penonton berdebar-debar menjelang pertandingan berakhir di SUGBK. Apalagi fakta berbicara bahwa Indonesia ternyata pernah mengalahkan Qatar di Piala Asia 2004 dan Bahrain di Piala Asia 2007. Menghadapi Iran, Indonesia pun pernah bermain seri, meski terjadinya sudah sangat lama di Asian Games 1966.

Jadi, harapan mesti terus diapungkan bahwa Indonesia bisa melangkah cukup jauh dalam Kualifikasi Piala Dunia 2014. Dengan masa persiapan yang lebih baik, adaptasi yang semakin terjalin antara Wim Rijsbergen dengan para pemainnya, adanya dukungan penuh dari PSSI, serta doa dari segenap bangsa Indonesia, mudah-mudahan skuad Garuda bisa bicara banyak melawan kekuatan tiga tim dari Asia Barat. Dan tentunya yang sangat penting adalah kepercayaan diri para pemain yang turun langsung di lapangan, semoga mereka selalu tampil dengan gagah berani dan tidak gentar menghadapi segala rintangan seperti halnya Napoleon menaklukkan pegunungan Alpen, kendati sebelumnya kata semua orang adalah 'hal yang mustahil'.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun