Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama FEATURED

Naturalisasi, Solusi Kegagalan Pembinaan Pesepak Bola Usia Dini?

21 Desember 2017   09:50 Diperbarui: 2 Januari 2022   08:20 3471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa pemain naturalisasi Indonesia. Tribunnews.com

Ketua PSSI, Edy Rahmayadi dalam wawancara dengan TV One beberapa waktu lalu mengungkapkan alasan menaturalisasi pemain asing karena kekurangan pemain untuk membela timnas. Ini diungkapkannya ketika diwawancarai mengenai kepindahan para pemain berlabel timnas Indonesia ke klub luar negeri. Ia khawatir timnas akan kekurangan pemain karena pada 2018 mendatang ada banyak turnamen yang harus diikuti.

"Mungkin rakyat Indonesia monitor, ada Spaso dari Amerika Latin (koreksi: Spaso asal Montenegro, Eropa) saya ambil, saya meminta kepada dia dan dia bersedia untuk menjadi pemain bola di Indonesia, yaitu melakukan naturalisasi. Jelas, berarti kita kurang pemain. Dengan kita kurang pemain, orang Indonesia malah berangkat keluar," kata Edy.

Kekinian naturalisasi dianggap sebagai solusi terbaik untuk membawa timnas berprestasi di kancah internasional secara instan. Dilansir dari FourFourTwo, naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia bukanlah sesuatu baru. Pada 1950-an lalu, PSSI pernah menaturalisasi lima pemain Persija Jakarta berdarah Indonesia-Belanda. Mereka di antaranya Arnold Van der Vin, Van der Berg, Boelard van Tuyl, Pesch dan Piterseen.

Berbeda dengan kekinian, naturalisasi tempo dulu dilakukan dengan tujuan untuk mempersatukan semua etnis dan suku bangsa yang memilih menjadi warga negara Indonesia (WNI). 

Sementara di era kekinian, pemain pertama yang dinaturalisasi adalah Cristian Gonzalez. Pemain gaek asal Uruguay resmi menjadi WNI pada 2010. Proyek naturalisasi pertama ini terbilang sukses. Gonzales yang langsung dipanggil timnas turut andil mengantarkan timnas menjadi runner-up Piala AFF 2010.

PSSI pun ketagihan. Masih pada tahun yang sama, dua pemain sekaligus dinaturalisasi, Kim Jeffrey Kurniawan WNA asal Jerman yang berdarah Indonesia-Tionghoa dan Irfan Bachdim yang berdarah Indonesia-Belanda. 

Kemudian berturut-turut semakin banyak pesepak bola yang dinaturalisasi, baik WNA berdarah Indonesia maupun pemain asing yang sudah lama merumput di Indonesia. Beberapa di antaranya Raphael Maitimo, Sergio van Dijk, Stefano Lilipaly, Diego Michiels, Bio Paulin, Greg Nwokolo, Herman Dzumafo dan masih banyak lagi.

Proses naturalisasi terbilang mudah kalau dibuat mudah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2016 syarat naturalisasi satu di antaranya harus tinggal di Indonesia selama lima tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut. 

Di samping itu juga harus bisa berbahasa Indonesia. Namun, tanpa memenuhi syarat itupun tidak mengapa, karena masih ada naturalisasi istimewa. Siapa saja WNA bisa dinaturalisasi kalau diminta negara dan dia bersedia. Terakhir pesepak bola yang dinaturalisasi adalah IIlja 'Spaso' Spasojevic asal Montenegro yang sudah tujuh tahun bermain di Indonesia.

Entah sampai kapan proyek naturalisasi ini dilakukan. Diprediksi naturalisasi terhadap pesepak bola akan terus berlanjut, mungkin saja sampai kelak semua pemain timnas berwajah bule. Namun sebenarnya meskipun beberapa pemain naturalisasi sudah terbukti mendongkrak kualitas permainan timnas, tetapi itu tidak baik kalau terus dilakukan. Kalau dianalogikan makanan, naturalisasi ini layaknya makanan yang enak dilidah tetapi tidak menyehatkan, apalagi kalau dikonsumsi secara berlebihan.

Mengapa harus naturalisasi pesepak bola WNA? Bisa saja karena PSSI tidak percaya diri dengan kualitas pesepak bola lokal. Bisa pula karena sudah putus asa atau tidak becus mengelola pembinaan pesepak bola usia dini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun