Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Drama Sepakbola Indonesia Itu Tidak Cukup di Lapangan

8 November 2017   20:30 Diperbarui: 8 November 2017   21:24 2858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamka Hamzah | Twitter.com/BaliFootball

Pertandingan antara PSM Makassar melawan Bali United di Stadion Mattoanging Makassar, Senin (6/11/2017) lusa disebut-sebut sebagai laga hidup mati penentuan juara Liga 1 2017. Klub yang memenangi pertandingan pekan 33 itu diyakini berpeluang besar untuk meraih juara kompetisi sepakbola terbesar di Indonesia ini.

Sebelum pertandingan, Bali United berada di peringkat 2 dengan 62 poin, sedangkan PSM meskipun mengumpulkan poin yang sama berada di posisi 3 karena kalah head to head dan selisih gol. Di posisi 1 ada Bhayangkara FC dengan poin 63. Meskipun memuncaki klasemen, klub polisi ini peluangnya lebih berat karena dua pertandingan sisa harus melawan dua klub besar, Madura United dan Persija Jakarta.

Tak terelakkan, drama pun tersaji dalam pertandingan dua klub besar ini. PSM sebagai tuan rumah yang didukung puluhan ribu suporternya berpeluang lebih besar memenangkan pertandingan. Sepanjang pertandingan, mereka mendominasi permainan dengan banyak peluang yang mengancam gawang Bali United. Namun usaha itu terus saja gagal karena penampilan apik kiper Wawan Hendrawan.

Sementara Bali United jarang sekali mendapatkan peluang. Saking gemasnya jarang mendapatkan peluang, kedua penyerang mereka yang sama-sama berdarah Belanda, Stefano Lilipaly dan Sylviano Comvalius sempat terlibat pertengkaran di akhir babak pertama. Dewi Fortuna rupanya lebih berpihak ke klub berjuluk Serdadu Tridatu ini. Memasuki perpanjangan waktu menit 94 dari 95 menit, melalui skema serangan balik cepat, Lilipaly berhasil mencetak gol setelah mendapatkan umpan matang dari Comvalius dari sisi kiri pertahanan PSM.

Secara dramatis Bali United memenangkan pertandingan krusial itu. Dengan 65 poin mereka diyakini berpeluang besar juara karena sisa satu pertandingan mereka menghadapi Gresik United, klub juru kunci di Bali yang secara prediksi akan mudah dimenangi. Sedangkan peluang PSM untuk juara telah tertutup karena poin maksimal akhir mereka 65. Meskipun sama tetapi kalah head to head dan selisih gol dari Bali United. Di sisi lain, banyak pihak memprediksi Bhayangkara akan terjegal dalam dua laga sisa.

Namun hanya berselang satu hari euforia pendukung Bali United berubah menjadi kekesalan, kekecewaan dan kecemasan setelah keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang menyatakan Mitra Kukar kalah 0-3 dari Bhayangkara dan didenda Rp 100 juta karena dianggap melanggar pasal 55 Kode Disiplin PSSI. Keputusan itu dikeluarkan menindaklanjuti protes Bhayangkara pada 4 November 2017 lalu atas dimainkannya Sissoko dalam pertandingan yang berakhir imbang 1-1 tersebut.

Sebelum, Sissoko diganjar kartu merah saat melawan Borneo FC pada 23 Oktober 2017 lalu. Sesuai regulasi, pemain asing asal Mali ini sebenarnya dilarang satu kali bertanding dan dia sudah absen ketika melawan Persib Bandung. Namun karena Sissoko dianggap nakal, PSSI menghukumnya dengan melarangnya dua kali bertanding, selain melawan Persib juga Bhayangkara. PSSI mengklaim sudah berkirim email ke Mita Kukar tetapi sebaliknya klub berjuluk Naga Mekes itu mengklaim tidak menerimanya.

Di samping itu dalam Surat Keterangan Bermain dari LIB 2 November 2017 dalam pertandingan Mitra Kukar vs Bhayangkara dinyatakan hanya Herwin Tri Saputra (Mitra Kukar) dan Indra Kahfi Ardhiyaksa (Bhayangkara) yang dilarang tampil dalam pertandingan tersebut. Kala itu rapat Match Commissioner yang dihadiri oleh perwakilan PSSI dan LIB juga tidak menyatakan bahwa Mohammed Sissoko tidak boleh tampil melawan Bhayangkara FC. 

Saat Match Coordination Meeting sehari sebelum pertandingan, kedua klub yang akan bertanding mendapatkan Formulir Penetapan Pemain dari Match Commissioner yang dicetak dari sistem Liga Indonesia Administration System (LISA) yang berisikan daftar pemain sah terdaftar di PT Liga Indonesia Baru. Nama pemain yang dilarang bermain akan dicetak abu-abu, terapi nama Sissoko tercetak hitam yang artinya tidak ada larangan bermain.

Tak heran kalau banyak pihak yang merasa heran dengan keputusan ini. Ada beberapa alasan yang menjadi alasan orang-orang heran. Antara lain tidak jelasnya pelaksanaan regulasi yang telah ditetapkan sejak awal kompetisi. Klub peserta liga selain merasakan ketegangan ketika bertanding di lapangan juga mentalnya harus bersiap merasakan sensasi ketegangan dari keputusan PSSI yang seringkali datang secara tiba-tiba dengan kabar yang mengejutkan, terutama di momen-momen krusial penentuan juara seperti saat ini. 

Penyelenggara kompetisi telah terbiasa mis komunikasi yang merugikan klub peserta liga. Drama semacam ini sesungguhnya tidak perlu terjadi kalau regulasi yang telah ditetapkan sebelum kompetisi dimulai dilaksanakan secara profesional oleh pembuat regulasi itu sendiri. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau diuntungkan ketika kompetisi sudah berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun