Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kami Beli Saham Arema FC dan Arema Indonesia Lalu Menyatukannya

27 Oktober 2017   12:08 Diperbarui: 29 Oktober 2017   18:25 33355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aremania | riauaksi.com

Bermula dari dualisme kompetisi 2011 lalu antara Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premiere League (IPL), beberapa klub di Indonesia turut mengalami dualisme. Sebut saja Persija Jakarta, Persebaya Surabaya dan termasuk Arema Malang. Seiring berjalan waktu, konflik dualisme yang terjadi di klub-klub kini telah usai.

Namun untuk Arema, konflik dualisme ini tidak kunjung usai. Awal musim 2017 ini ada Arema FC yang berkompetisi di Liga 1 dan Arema Indonesia di Liga 3. Keduanya sama-sama diakui PSSI dan bermain di kompetisi resmi. Baik PT Aremania Arema Bersatu Berprestasi Indonesia selaku pengelola Arema FC atau PT Arema Indonesia pengelola Arema Indonesia saling mengklaim yang paling benar dan memiliki legalitas yang paling sah.

Kalau sudah begini, keduanya akan sulit dipersatukan karena klaim sebagai yang paling benar dibandingkan yang lainnya. Meskipun sesungguhnya dualisme ini lebih banyak memberikan dampak buruk baik bagi kedua klub, pemainnya, maupun suporter Aremania. Konon finansial kedua klub ini sama-sama kurang sehat yang menyebabkan gaji para pemainnya tertunggak sampai sekian bulan.

Persoalan finansial ini juga berpengaruh dengan prestasi klub. Sampai pekan 32 ini dan tinggal menyisakan dua pertandingan lagi berakhirnya kompetisi, Arema FC masih tercecer di papan tengah peringkat 10 dari 18 klub Liga 1. Sementara Arema Indonesia gagal promosi ke Liga 2. Aremania juga terpecah, ada yang mendukung Arema FC dan tidak sedikit yang mendukung Arema Indonesia, sisanya dengan prosentase yang lebih besar memutuskan gantung syal alias berhenti mendukung sementara Arema sampai berakhirnya dualisme yang entah sampai kapan.

Menjelang berakhirnya Liga 1 dan sudah berakhirnya Liga 3 sampai kini belum ada tanda-tanda kedua Arema ini bersatu. Padahal banyak Aremania maupun pecinta sepakbola Indonesia berharap dualisme di tubuh Arema segera berakhir dan musim depan hanya ada satu Arema yang berkompetisi tanpa harus mematikan Arema yang satunya. Saking gemasnya dengan kondisi ini banyak Aremania yang menghayal menjadi seorang pengusaha kaya-raya lalu membeli saham kedua klub ini dan mempersatukannya. Memang butuh uang yang super besar kalau ingin membeli saham keduanya yang nilainya bisa sampai puluhan bahkan ratusan miliar rupiah.

Mempersatukan Arema dengan membeli saham kedua klub kekinian bisa menjadi solusi yang paling realistis di tengah bebalnya manajemen keduanya. Biarpun Aremania mendesak dengan cara apapun mustahil bagi mereka untuk bersatu. Namun kalau ingin mempersatukan Arema dengan cara pembelian saham tidak sembarang orang bisa melakukannya karena nominal yang dibutuhkan begitu fantastis.

Lantas apa peluang mengakhiri dualisme ini sepenuhnya tertutup? Sebenarnya tidak juga kalau Aremania masih menginginkan klub berlogo kepala singa ini bersatu. Aremania bisa berbuat kalau memang berkomitmen kembali ada salam satu jiwa di Malang Raya. Caranya dengan membeli saham kedua Arema secara patungan. Bukan mustahil suporter kini tidak saja sebagai pendukung dari atas tribun melainkan juga memanajemen klub itu sendiri.

Baca: Suporter Dirikan Koperasi untuk Beli Saham Arema, Mungkinkah?

Panji Kartiko dalam tulisannya di pasoepati.net 2011 lalu membahas bahwa pengelolaan klub berbasis suporter bukan hal baru lagi di dunia sepakbola. Pada tahun 1990-an lalu Manchester United menjadi Public Limited Companies (PLC) yaitu bentuk perusahaan yang terdaftar resmi di bursa saham (Bursa saham London). Dengan begitu siapapun termasuk suporter fanatik bisa membeli saham klub tersebut. Harga saham MU bisa melonjak tinggi ketika prestasi klub gemilang dan akan merosot saat terjadi kepindahan pemain bintangnya dan menurunnya prestasi klub.

Arsenal pada agustus 2010 menjual saham kepada suporter fanatiknya yang dikenal dengan nama "The Gooners" untuk melawan upaya akuisisi pebisnis Amerika dan Rusia yang ketika itu menguasai saham mayoritas di klub. Arsenal melepas selembar saham kepada suporternya seharga sebesar 95 pound sterling (Rp 1,4 juta), seperseratus dari nilai sebenarnya, 9,500 poundsterling. Pembeli saham akan mengikuti pemilihan suara untuk memperebutkan sebuah kursi agar bisa hadir dalam pertemuan umum. Setiap suporter yang membeli 100 lembar saham akan berhak terlibat dalam pembuatan kebijakan klub.

Sementara di Indonesia, Brigata Curva Sud (BCS) sudah menjadi sponsor PSS Sleman. BCS telah memiliki dua unit usaha yaitu CS Shop, menjual merchandise PSS, dan CS Mart yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Dari hasil itu, BCS bahkan mampu menjadi sponsor tim PSS Sleman dan memiliki andil dalam penentuan kebijakan klub. Kelompok suporter fanatik ini juga yang menginisiasi Elja TV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun