Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cahaya di Pesisir Malang Selatan

8 September 2017   17:36 Diperbarui: 9 September 2017   02:26 2490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah pohon yang sudah terpasang lampu dari listrik yang dihasilkan solar cell adalah salah satu fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung untuk menginap di Pantai Sendiki. FOTO/LUGAS WICAKSONO

"Solar cell bisa juga untuk pendingin ikan gantikan formalin atau pengawet es," ucap Eka Maulana.

Sementara itu, solar cell juga sudah dimanfaatkan nelayan-nelayan di Pantai Sendang Biru sebagai sumber listrik untuk penerangan kapal-kapal ketika mencari ikan pada malam hari. Solar cell itu dipasang di kapal-kapal nelayan karena oleh mereka dianggap lebih hemat daripada menggunakan bahan bakar kapal sebagai sumber listrik. Keramba dan warung-warung juga memakainya. Mereka merakitnya sendiri setelah mendapatkan pelatihan dari mahasiswa-mahasiswa.

Bukan perkara mudah sebenarnya bagi Eka Maulana yang mempunyai ide energi terbarukan ini dapat diterima masyarakat. Ia yang suka berpetualang ini harus perlahan masuk ke lingkungan masyarakat setelah menemukan kenyataan kalau masih banyak wilayah di Malang Selatan yang belum teraliri listrik saat berkunjung ke desa tersebut. Bersama Wakil Dekan III Fakultas Teknik, Dr Slamet Wahyudi dan mahasiswa ia mulai masuk dengan melakukan penelitian dan pelatihan kepada warga desa tersebut. Salah satu hasil penelitian di desa tersebut yaitu penemuan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Maulida Aulina tentang tulang ikan yang bisa menghasilkan sumber listrik. Mahasiswa ini kemudian mengolah tulang-tulang ikan menjadi karbon baterai.

"Sama seperti baterai biasa untuk menyimpan energi, cara kerjanya pakai karbon limbah dari tulang ikan, baterai yang sudah tidak terpakai dibongkar diganti karbonnya dengan karbon tulang ikan, kualitasnya hampir sama," kata Eka Maulana.

Baterai berbahan tulang ikan ini bisa menghasilkan 1,47 volt atau lebih rendah sedikit dari baterai biasa 1,5 volt. Tulang ikan bisa dimanfaatkan menjadi baterai karena banyak mengandung kalsium, enzim dan mineral-mineral. Dalam pengolahannya menjadi baterai tulang ikan ini dicampur dengan garam sebagai reaksi pemicunya. Tulang ikan ini dengan mudah dapat ditemui di Pantai Sendang Biru sampai berkarung-karung karena pembeli cukup membawa pulang daging ikan saja. Pemanfaatan tulang ikan sebagai baterai ini cukup efisien karena bahannya limbah dan lebih ramah lingkungan.

Mereka kemudian melatih warga membuat baterai berbahan tulang ikan. Sembari melatih membuat lampu untuk souvenir sehingga baterai bisa untuk sumber listrik lampu souvenir. Namun penemuan mahasiswa ini masih belum maksimal. "Untuk pengembangannya masih butuh proses panjang. Sebenarnya butuh anak kimia untuk mengetahui kandungan-kandungan di dalamnya. Yang saya gunakan sementara hanya tulang ikan tongkol saja," kata Maulida.

Sementara Eka Maulana berencana mengembangkan penemuan energi listrik tulang ikan itu untuk menambah daya panel surya. Bisa saja tulang ikan untuk baterai solar cell sehingga daya listrik yang dihasilkan akan lebih besar. Namun itu bukanlah sesuatu yang mudah dan butuh proses panjang. "Baterai tulang ikan ini sebenarnya bisa dikombinasikan dengan solar cell tapi butuh riset lagi gak bisa instan dan butuh waktu beberapa tahun untuk wujudkan itu," ucap Eka.

Solar cell sesuai digunakan di kawasan pesisir Malang Selatan karena panas mataharinya cukup besar. "Panasnya matahari melimpah tidak usah beli bandingkan dengan pembangkit listrik yang selama ini pakai batu bara dari fosil. Kita berprinsip mengajak mahasiswa karena pembelajaran tidak hanya di kelas tapi bisa di laboratorium, lapangan lihat potensi di lingkungan sekitar sambil langsung action," ujarnya.

Solar cell juga bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar kapal nelayan. Kini nelayan masih menggunakan bahan bakar minyak pertalite/solar untuk bahan bakar yang sekali melaut saja bisa menghabiskan sampai 30 liter. Kalau solar cell bisa digunakan sebagaj alternatif maka nelayan bisa lebih efisien. "Siang charger bisa malamnya pakai melaut sampai tiga hari tahan," katanya.

Menurut Eka cukup banyak potensi alam di pesisir Malang Selatan yang bisa digunakan sebagai energi alternatif terbarukan. Mulai dari sinar matahari, angin yang cukup kencang, deburan ombak sampai garam semua bisa jadi sumber energi. Hanya saja perlu proses untuk mengembangkannya. "Kita memang bertahap melakukannya gak bisa langsung semuanya meskipun ide banyak. Dalam waktu dekat minggu depan kita akan coba angin di pantai yang lumayan keras pakai kincir angin bisa jadi energi listrik," pungkasnya. (lugas wicaksono)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun