Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlukah Takut Naik Kereta Cepat?

19 Desember 2022   17:02 Diperbarui: 19 Desember 2022   17:06 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo saat meninjau Stasiun Tegalluar, Kamis (13/10). (Sumber: Dokumentasi KAI) 

Mendengar berita kecelakaan kereta api tentunya akan membuat rasa penasaran meningkat. Moda transportasi yang satu ini, di Indonesia sudah mulai jarang mengalami kecelakaan. Bahkan, kalaupun ada pasti sudah bisa dihitung jari jumlahnya.

Berbeda dengan zaman dahulu, kereta api kita memang terkenal akan kecerobohannya. Maklum, zaman itu si roda besi ini memang masih kurang diperhatikan. Sarana, prasarana, hingga sumber daya manusia (SDM) belum sebaik saat ini.

Minggu (18/12), publik dikejutkan sebuah kecelakaan kereta api. Videonya beredar di linimasa media sosial. Beberapa pasti sudah ada yang melihat. Apesnya, kok ya pas tempat kejadian perkara (TKP) di konstruksi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Tepatnya di ruas jalur DK 102+309, Cempaka Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.

Mengapa saya bilang apes? Proyek KCJB memang masih menjadi bola panas di kalangan masyarakat. Ada yang pro ada yang kontra. Pro karena bangga negaranya bakal punya kereta cepat. Kontra karena ada anggaran negara yang dipakai untuk menyelesaikan proyek. Padahal, janjinya nggak pakai.

Selain alasan itu, orang yang belum lihat videonya dengan detail dan mungkin hanya membaca atau mendengar saja pasti ngeri. Kereta yang jalannya normal aja kalau kecelakaan sudah ngeri. Apalagi, yang jalannya kencang seperti kereta cepat. Keretanya sendiri digadang-gadang bisa melesat sampai 350 km/jam.

Untungnya, kecelakaan kereta di lokasi proyek kereta cepat kemarin itu bukan si Komodo Merah. Meskipun sampai menimbulkan korban jiwa, kecelakaan tersebut rupanya hanya melibatkan lokomotif dan mesin pemasang rel yang bertugas mengerjakan proyek tersebut.

Hingga hari ini, Senin (19/12), pihak kepolisian mencatat ada sekitar enam korban akibat kecelakaan tersebut. Rinciannya, dua orang mengalami luka berat, dua orang luka ringan, sementara dua orang lainnya meninggal dunia.

Seluruh korban adalah warga negara asing (WNA) asal China. Dua orang yang meninggal adalah Chang Shin Shang, 40, dan Chang Shin Yung, 36. Sementara korban luka yang sudah berhasil teridentifikasi adalah Wang Jiji, Jie Thencang, dan Chao Qianyo. Satu korban luka masih belum teridentifikasi.

Pihak kepolisian bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Kereta Api Indonesia (KAI) masih menyelidiki penyebab dari kecelakaan ini. Kronologi kejadian nantinya akan disampaikan ke publik setelah proses investigasi selesai. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) juga telah menghentikan sementara pekerjaan proyek selama proses investigasi.

Kembali pada judul di atas, perlukah takut naik kereta cepat? Menurut saya pribadi, kejadian ini belum cukup dijadikan sebagai patokan untuk takut naik kereta cepat. Bersyukur, kecelakaannya saat masih proses pengerjaan, bukan saat sudah beroperasi untuk umum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun