Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan warisan mendalam dalam perjuangan kemanusiaan, khususnya dalam membela rakyat Palestina. Perjuangan yang telah bertahun-tahun terjepit dalam spiral kekerasan dan pertarungan kekuatan antar-negara.
Selama masa kepausannya, Paus dapat dikatakan telah secara konsisten menjadi suara moral terkuat membela mereka yang tertindas, bahkan di tengah ancaman dan tekanan diplomatik. Sikap tegas Paus Fransiskus terhadap konflik Palestina-Israel tidak pernah surut.Â
Pada berbagai kesempatan, Paus secara gamblang mengecam tindakan militer Israel yang dinilai melampaui batas kemanusiaan. Pernyataannya yang paling menggetarkan terdengar pada Desember 2024.Â
Pada saat itu, Paus memimpin sebuah misa persiapan Natal dengan lantang menyatakan, "Kemarin, anak-anak dibom. Ini bukan perang, melainkan kekejaman."
Kritik tajamnya bahkan sampai pada titik menyebut operasi militer Israel di Gaza memiliki karakteristik genosida. Dalam sebuah buku wawancara, Paus mengutip pendapat para ahli yang menyatakan peristiwa di Gaza sejak Oktober 2023 memiliki indikasi genosida.Â
Dendam Israel
Pernyataan ini tentu saja mengundang kemarahan pihak Israel, yang kemudian membuat dendam mendalam. Dendam Israel terhadap Paus Fransiskus setidaknya memiliki tiga dimensi utama.Â
Pertama, dukungan konsisten Paus terhadap hak-hak rakyat Palestina, termasuk pengakuan terhadap negara Palestina.Â
Kedua, kritiknya yang tajam terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat, yang pernah disebut sebagai "tirani".Â
Ketiga, inisiatifnya mengadakan pertemuan diplomatik yang melibatkan perwakilan Palestina dan Israel di Vatikan.