Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

QRIS dan GPN: Beberapa Pilihan Strategis Indonesia Merespon Kritik Trump

25 April 2025   10:58 Diperbarui: 25 April 2025   15:49 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI QRIS | (SHUTTERSTOCK/POETRA.RH)

Kritik Amerika Serikat (AS) terhadap Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) bukan sekadar sebagai persoalan teknis pepembayar. Kritik itu perlu dibaca sebagai pertarungan geopolitik ekonomi digital yang kompleks. 

Kebijakan tarif Trump terhadap Indonesia tampaknya telah melebar ke sistem pembayaran domestik melalui QRIS dan GPN. Indonesia pun berada di persimpangan jalan untuk memilih respons strategis menghadapi tekanan negara adidaya tersebut.

Dalam laporan National Trade Estimate (NTE) 2025, AS secara terang-terangan mengkritik implementasi QRIS dan GPN yang dianggap menghambat perdagangan digital dan elektronik. Tuduhan ini sesungguhnya lebih bernuansa politis daripada substantif. 

Lebih lanjut, kritik itu lebih menggambarkan kekhawatiran berlebihan AS terhadap menurunnya dominasi perusahaan pembayaran global, seperti Mastercard dan Visa di pasar Indonesia.

Beberapa Pilihan

Ada beberapa pilihan rasional bagi Indonesia dalam merespons kritik tersebut yang patut dipertimbangkan secara diplomatis dan strategis.

Pilihan pertama, mempertahankan sikap independen. Indonesia tidak perlu terlalu reaktif terhadap tekanan AS. 

QRIS justru merupakan instrumen kemandirian sistem pembayaran digital nasional. Dengan QRIS, Indonesia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada sistem pembayaran asing.

Pilihan kedua adalah melakukan diplomasi multilateral. Indonesia perlu mencari alternatif pasar selain AS. 

Pendekatan ini sebenarnya telah lama diusulkan, mengingat kawasan Asia kini memiliki ekosistem ekonomi digital yang semakin kuat. Konektivitas QRIS antar-negara ---seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan rencana ekspansi ke Jepang, India, Korea Selatan--- menunjukkan potensi kolaboratif yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun