Malam tadi, GBK bergemuruh! Lautan manusia bertempik-sorak merayakan kemenangan timnas Indonesia.Â
Satu gol Ole Romeny telah mengubah segalanya. Mengubah mimpi menjadi kemungkinan nyata.Â
Ribuan suporter menangis, berteriak, dan berpelukan, seolah kemenangan 1-0 atas Bahrain bukan sekadar pertandingan, melainkan sebuah revolusi dalam sejarah sepakbola Indonesia.Â
Tak cuma Eric Thohir dan pelatih Patrick Kluivert dan kawan-kawan yang begitu kegirangan. Euforia tentunya meledak di setiap sudut stadion, merambat dari tribun ke lapangan, dari lapangan ke seluruh penjuru negeri, membuktikan bahwa semangat dan keyakinan bisa mengalahkan segalanya.
"Wah, itung-itungan di spreadsheet ini perlu di-update besar-besaran lho, Gon!" teriak mas Dab sambil membagi layar Zoom. Malam sudah larut, tapi adrenalin kemenangan 1-0 atas Bahrain masih terasa.Â
Mas Gondhez baru pulang dari GBK. Dia masih mengenakan jersey timnas dengan noda keringat dan tumpahan kopi yang sudah mengering.
"Jadi posisi kita sekarang gini," mas Dab menjelaskan dengan semangat. "Kita di posisi empat dengan 9 poin. Terpaut 4 poin dari Australia di posisi dua, dan cuma beda 1 poin dari Arab Saudi di posisi tiga."
"Dan unggul 3 poin dari Bahrain sama China yang di bawah kita," tambah mas Gondhez, sambil membuka bungkus Indomie-nya. "Gol Ole Romeny tadi bener-bener game changer."
"Nah, ini simulasinya," mas Dab membuka sheet baru. "Kalau kita mau lolos langsung, mesti menang lawan China dan Jepang, terus berharap Australia cuma dapet 1 poin dari sisa pertandingan mereka."
"Susah sih," mas Gondhez menyeruput kuah Indomie. "Tapi ada jalan lain kan? Babak keempat?"