Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Capaian dan Masalah dalam Politik Luar Negeri Indonesia 2021

4 Januari 2022   22:13 Diperbarui: 5 Januari 2022   15:52 2875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siaran langsung Keterangan Pers Presiden RI di Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu (24/4/2021.| Sumber: SEKRETARIAT PRESIDEN via YOUTUBE/via Kompas.com

Pertama, masalah berkaitan dengan kemandirian dalam penyediaan vaksin. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta dan wilayah georgrafis dengan banyak pulau menuntut ketersediaan vaksin yang tepat pada waktunya secara terkoordinasi.

Jumlah penduduk dan aspek geografis itu bukan masalah mudah ketika dihadapkan pada situasi penyediaan vaksin yang masih tergantung pada negara-negara lain. 

Capaian diplomasi Indonesia dalam menyeimbangkan kecenderungan antara nasionalisme dan multilateralisme vaksin telah memungkinkan negara terbesar di Asia Tenggara ini melakukan beberapa kebijakan penting yang lebih awal ketimbang negara-negara lain. 

Kebijakan itu seperti kecepatan memperoleh vaksin Sinovac dari China, ketersediaan vaksin yang terjadwal dari China, dan penyediaan vaksin dalam bentuk dosis dan curah/cair. 

Sementara itu, untuk mengatasi potensi ketergantungan dari vaksin Sinovac itu, Indonesia telah menginisiasi kerja sama global melalui multilateralisme vaksin dalam skema WHO. Selain itu, Indonesia juga mengembangkan hubungan bilateral yang baik dengan berbagai negara untuk mendapatkan bantuan vaksin.

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vaksin, persoalannya adalah sampai kapan Indonesia (termasuk negara-negara lain) tergantung dalam penyediaan vaksin Covid-19 dari negara-negara tertentu yang menjadi produsen vaksin? Bagaimana upaya Indonesia mengembangkan vaksin sendiri? Bagaimana perkembangan vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara?

Masalah kedua adalah upaya peningkatan pertahanan maritim Indonesia. Hingga awal tahun 2022, pemerintah Indonesia belum menegaskan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). 

Modernisasi alutsista terutama berkaitan dengan pembelian pesawat tempur dan berbagai kebijakan pembangunan kapal selam dan kapal-kapal tempur lainnya. 

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) telah mengumumkan pembelian 35 unit jet tempur Dassault Rafale (Prancis) dan 8 jet tempur F-15EX (Amerika Serikat). Ada kabar mengenai kerja sama Inggris dan Indonesia dalam pembuatan kapal fregat canggih fregat Arrowhead 140 (AH140). Kemudian, informasi lain juga muncul mengenai pembuatan kapal selam di PT PAL, Surabaya.

Indonesia memang selalu menegaskan doktrin bebas dan aktif dalam politik luar negerinya. Namun demikian, kenyataan mengenai persaingan antara AS (dan sekutunya) dengan China di Indo-Pasifik tidak bisa diabaikan begitu saja. Indonesia tidak bisa hanya menanggapi rivalitas persaingan kepentingan itu hanya dengan pernyataan netralitas atau sikap hati-hati saja.

Adagium si vis pacem, para bellum atau "jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk berperang" tampaknya perlu digunakan Indonesia. Kecenderungan berperang tentu saja harus dihindari, namun ketiadaan military built-in hanya membuat negara-negara lain tergoda untuk mengganggu kedaulatan wilayah (udara dan maritim) Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun