Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bisakah Tetap Menulis, Meskipun Dilanda Stres?

18 November 2021   18:08 Diperbarui: 18 November 2021   18:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thumbs-prod.si-cdn.com

Banyak hal dalam kehidupan memiliki dua sisi berbeda. Situasi itu bisa positif atau negatif. Situasi lainnya dapat menjadi kelebihan dan kekurangan. Kedua hal itu ibarat dua sisi dari mata uang yang sama.

Begitu juga dengan stres. Stres dapat membuat penulis tidak mampu menulis atau terkena sindrom writer's block. Pikiran penulis ini menjadi mampat dan, lalu, mampet. Skenario terburuk adalah tidak ada satu huruf pun ditulis atau diketik di komputer atau aplikasi menulis di hp. Skenario yang lumayan masih memberikan kelegaan pada penulis, yaitu tulisan tidak selesai pada tenggat waktunya.

Saya tidak ingin memperpanjang atau menambah akibat dari hambatan menulis bagi seorang penulis, seperti sakit kepala dan seterusnya. Di tulisan ini, akibat dari tidak bisa menulis adalah stres saja, tanpa kepala pusing.

Sebaliknya, stress ternyata dapat menjadikan seorang penulis secara mengagetkan mampu lebih banyak menulis. Tidak hanya satu, tetapi bisa dua atau tiga tulisan dalam satu hari atau periode waktu tertentu. 

Stres juga bisa menyebabkan seorang penulis semakin dalam berkonsentrasi untuk meracik kata demi kata, merangkai emosi, meperpanjang atau memendekkan gambaran tentang situasi tertentu.

Tulisan ini juga tidak berkaitan dengan hiruk-pikuk Kompasianival. Stres di tulisan ini bukan karena seorang Kompasianer ---termasuk saya--- tidak masuk nominasi. Pencalonan itu hanya bagi Kompasianer yang berprestasi sesuai bidang tulisannya. Jadi, tulisa ini tidak untuk menyambut, apalagi mengkritik nominasi itu.

Pada banyak tulisan sebelumnya, saya bahkan harus berterima kasih kepada Admin Kompasiana. Kesediaan membaca, mengedit judul dan mengubah foto telah menjadikan tulisan-tulisan saya naik peringkat ke artikel utama atau headlines. Pengenaan label itu bahkan terjadi pada tulisan yang sudah tayang 3-4 hari lebih awal.

Apresiasi ini saya anggap wajar dan harus sebagai bagian dari proses saya belajar menulis. Mencari foto atau gambar yang cocok dengan tulisan menjadi persoalan tersendiri bagi saya. Kesulitan menulis ternyata harus ditambahi masalah tentang gambar yang cocok. Akibatnya, gambar yang kadang dicari melebihi waktu menulis ternyata tidak cocok atau apa adanya.

Kembali ke pokok tulisan ini. Penyebab stres lebih terkait pada bertumpuknya pekerjaan di waktu yang hampir bersamaan. Tenggat waktu pengumpulan tulisan berlangsung bersamaan. Akibatnya, seorang penulis harus berpikir keras untuk menyelesaikan pekerjaan pada tenggat waktu masing-masing tulisan.

Kalaupun meleset, penulis masih dimungkinkan meminta permakluman kepada redaktur atau editor tulisan itu. Permakluman waktu yang lebih lama atau melewati batas waktu tentu saja sangat potensial berakibat pada tulisan-tulisan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun