Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

AUKUS: Tantangan "Strategic Hedging" dalam Sikap Hati-Hati Indonesia

22 September 2021   19:20 Diperbarui: 27 September 2021   17:51 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AUKUS berarti Australia dan AS akan bekerja sama secara erat dalam operasi laut di masa depan. (ROYAL AUSTRALIAN NAVY via BBC INDONESIA)

Pertama, strategi bandwagoning. Melalui strategi ini, sebuah negara mengambil kebijakan untuk mendukung kebijakan negara-negara besar. 

Dukungan kepada negara besar biasanya disertai oleh kepentingan resiprokal atau timbal-balik, seperti perlindungan keamanan. Negara-negara kecil seperti Singapura dan Israel cenderung mengambil pilihan strategi ini.

Strategi kedua adalah balancing. Strategi ini dilakukan oleh negara-negara yang merasa terancam oleh peningkatan kekuatan sebuah negara. Keinginan negara yang terancam itu adalah mengimbangi kekuatan negara pengancam. 

Strategi ini dilakukan oleh Australia yang memilih bergabung dengan AUKUS. Dengan pakta pertahanan bersama AS dan Inggris, maka Australia dapat dikatakan mengurangi potensi ancaman dari rudal-rudal jarak jauh China. Lebih jauh, Australia malah mampu mengimbangi China dengan kepemilikan kapal selam nuklir yang dijanjikan AS melalui AUKUS itu.

Ketiga, yaitu strategi hedging. Strategi ini diterapkan oleh negara-negara yang dihadapkan pada dua pilihan sulit atau dilematis. Mendukung AS atau China menjadi contoh menarik dari strategi ini. Dengan strategi hedging ini, sebuah negara memilih tidak memihak atau menolak kedua pilihan sulit itu.

Dari ketiga strategi itu, doktrin politik luar negeri Indonesia biasanya dikategorikan sebagai strategi hedging. Dalam strategi itu, Indonesia cenderung tidak berpihak alias netral. Strategi ini sering muncul dalam menanggapi berbagai isu internasional. 

Strategic hedging

Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia tidak sekadar netral atau berhati-hati. Praktik politik luar negeri Indonesia menunjukkan juga bahwa Indonesia juga berupaya mencari keuntungan dari sikap netral dan hati-hati itu. 

Sikap ini yang kemudian dikatakan bahwa Indonesia tidak sekadar menggunakan strategi hedging secara umum. Praktik politik luar negeri Indonesia selama ini cenderung memakai strategic hedging ketimbang sekadar hedging. 

Dalam strategic hedging, Indonesia mencoba memastikan sikap tidak memihak dan tidak menolak itu tetap memberikan keuntungan bagi Indonesia. Strategi ini tampak pada sikap hati-hati atau netral Indonesia terhadap kebijakan AS di masa Presiden George Bush Jr. mengenai Global War On Terrorism. Walaupun berbagai dokumen tidak menjelaskan kaitannya secara tegas, sikap netral Indonesia diganjar dengan beberapa bantuan atau dukungan dari AS dan Australia. 

Berbagai program atau kegiatan anti-terorisme diberikan kepada Indonesia, khususnya kepada Kepolisian RI. Pembentukan Densus 88 Anti-Teror, Pendirian Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Akademi Kepolisian di Semarang, dan Pusat Pelatihan Anti Teror Platina (Platina) menjadi contoh nyata dari keuntungan Indonesia bersikap netral. Sikap netral ini dalam pengertian bahwa pemerintahan Megawati pada saat itu tidak menyatakan dukungan secara langsung kepada kebijakan AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun