Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Ada Quarter Life Crisis di Lebaran Digital 2021?

15 Mei 2021   00:00 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:01 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSNoGDTgDwPgfrxkWsZ1SdbNYRTePq9ur0E4g&usqp=CAU

Apa hubungan quarter life crisis dengan hari raya Lebaran 2021? Jika quarter life crisis lebih banyak disematkan pada nasib orang muda di usia 25 tahun, lalu apa peran Lebaran atau Idul Fitri 2021 ini?

Kita bahas terlebih dahulu quarter life crisis dan persoalan-persoalan yang dihadapi orang yang berusia 25 tahun itu. Lalu, kaitan isu itu dengan Lebaran 2021 ini, khususnya bagaimana Hari Raya Idul Fitri 1442 H ini telah meniadakan krisis hidup itu.

Krisis Hidup 1/4 Abad
Semakin modern sebuah jaman memang menghadirkan persoalan yang semakin kompleks. Lalu, banyak penelitian dilakukan untuk mencari tahu bagaimana persoalan itu muncul dan berkembang, serta cara-cara menghadapinya, termasuk masalah quarter life crisis ini.

Berbagai studi menunjukkan orang berusia di sekitar 25 tahun-an lebih mudah dihinggapi krisis kepercayaan diri atau kekhawatiran menghadapi masa depan mereka. Lalu, krisis di usia ini dikenal sebagai usia Quarter life crisis atau krisis hidup seperempat abad.

Pada usia itu, seseorang bisa dikatakan merasa tidak memiliki arah, khawatir, dan bingung tentang kehidupannya di masa datang. Kekhawatiran ini  bisa muncul secara nyata dalam masalah relasi sosial, percintaan, dan karier atau pekerjaan

Bagi orang Indonesia, usia 25 tahun (atau di sekitarnya) pada umumnya menjadi titik awal (point of departure) untuk menentukan prioritas pilihan bagi masa depannya. Pengertian mengenai titik awal ini berkaitan dengan waktu yang tepat untuk mengambil keputusan penting bagi kehidupannya. 

Mengapa demikian? Penyebabnya adalah bahwa usia itu dianggap sebagai masa transisi menjadi orang dewasa. Mereka mulai dihadapkan pada banyak tantangan, pikiran, tuntutan, dan berbagai harapan mengenai capaian-capaian awal bagi masa depannya.

Dua persoalan besar ini biasanya menyebabkan mereka tidak percaya diri, yaitu pekerjaan dan pernikahan.

Pertama, pekerjaan
Pada usia 25 tahun l, seseorang biasanya baru saja lulus kuliah sarjana S1 atau, bahkan, magister S2. Beberapa orang muda lainnya sedang pada tahun-tahun awal bekerja atau memulai usaha start up.

Pekerjaan ini menjadi penting sebagai semacam status atau identitas sosial bagi pemilik usia 25 tahun itu. Tanpa pekerjaan, mereka hanyalah pengangguran. Tanpa pekerjaan, mereka galau dan tidak percaya diri. Walaupun lulus dengan predikat akademik tertinggi, namun situasi tanpa pekerjaan atau pengangguran menjadi sangat amat dihindari.

Kedua, pernikahan
Sementara itu, ada juga yang memutuskan untuk berkeluarga di usia 25 tahun itu. Situasi tertentu kadang-kadang membuat pemilik usia 25 tahun itu untuk segera menikah. Alasan sosial, budaya, dan bahkan politis bisa saja menuntut pernikahan itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun