Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bersama Tuchel, Chelsea FC Bakal Juarai Piala FA dan Champions?

18 April 2021   11:28 Diperbarui: 18 April 2021   11:42 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menang 1-0 lawan Manchester City membuncahkan optimisme Chelsea FC menjuarai Piala FA. Gol tunggal si gelandang serang Chelsea, Hakim Ziyech, meredupkan mimpi tim asuhan Pep Guardiola. Sebaliknya, gol Ziyech itu membawa Chelsea ke partai final Piala FA 2020/2021.

Pertahanan solid, permainan rapi-efektif, dan kerjasama apik di lini serang menjadi modal besar Chelsea mengalahkan Man City. Cukup dengan skor tipis saja, 1-0. 

Segera saja kemenangan ini menaikkan kepercayaan diri Tim Biru. Calon lawan di laga final adalah pemenang antara Leicester City lawan Southampton. 

Kebanyakan prediksi mengungkap bahwa Chelsea bakal membawa tropi Piala FA untuk pertama kalinya bersama sang pelatih, Thomas Tuchel, ke Stamford Bridge.

###


Posisi 1-0 keunggulan Chelsea atas Manchester City sebenarnya telah menaikkan gairah saya menulis lagi soal klub kesayangan ini. Hampir 3 minggu, tulisan tentang Tim Biru ini tidak muncul. Ini tentu saja bukan karena topik ini tidak menjadi pilihan Kompasiana. 

Padahal, ide itu seharusnya bisa muncul setelah beberapa capaian positif Chelsea. Tim Biru ini telah menang besar lawan Cristal Palace di pekan lalu di Liga Premier Inggris. Sementara itu, tim asuhan Thomas Tuchel ini lolos ke semifinal Piala Champions, walau kalah dari Athletico Madrid di laga leg ke-2. 

Tapi entah kenapa baru kali ini kemauan menulis tentang Chelsea bisa muncul lagi. Setelah menonton penampilan lawan Man City ini, ide muncul dan ada gairah menulis hingga selesai. Apalagi kemenangan ini bisa mengantarkan tim Thomas Tuchel membawa pulang tropi juara Piala FA.
###

Efek Tuchel
Menang dan kalahnya sebuah klub sepakbola selalu saja diarahkan sebagai buah tangan sang manajer atau pelatihnya. Bagi Chelsea, hasil sebuah laga itu positif atau negatif menjadi gambaran kepiawaian Thomas Tuchel. Efek Tuchel seolah menjadi istilah baku.

Pertama, Tuchel mewarisi materi pemain yang 100% sama dengan pelatih sebelumnya, sang legenda, yaitu Frank Lampard. Dengan tim pemain yang sama itu, Tuchel berhasil mendekat, berkomunikasi secara personal, dan memberikan ruang sama bagi semua anggota untuk merumput. 

Kedua, tidak ada lagi anak-anak emas di tim Chelsea. Pertarungan Chelsea di tiga laga ---Liga Premier Inggris, piala FA, dan Piala Champions--- tampaknya menjadi alasan penting bagi Tuchel untuk menjadikan pemain-pemain tertentu menjadi anak emas. Situasi ini terjadi di masa Lampard.

Ketiga, dominasi hasil positif tentu saja berujung pada hubungan baik antara pelatih dan sang pemilik, Tzar Roman Abramovich. Semua orang tahu sifat Abramovich yang otoriter dan perilakunya yang suka kudeta. 

Popularitas dan kampiunnya pelatih tidak bisa meredam ambisi sang pemilik. Jose Mourinho, Guus Hiddink, Luiz F. Scolari, dan nama-nama beken lainnya sudah merasakan pahitnya dikudeta Abramovich.

Setiap pelatih the Blues harus hapal formula khusus. Hanya menang dan menang di setiap laga menjadi rumus tunggal bagi pelatih. Bagi saya, pemecatan pelatih asal Italia, Roberto Di Matteo, sangat mengagetkan. Padahal dia membawa Chelsea meraih tropi juara Piala Champions 2004/2005.

Seperti dilansir Indosport (18/4), Tuchel telah membawa Chelsea menjadi tim yang paling banyak nirbobol di liga-liga Eropa. Dengan catatan 14 kali nirbobol, Chelsea-nya Tuchel semakin diperhitungkan klub sepakbola lainnya. Peluang Tuchel meneruskan pekerjaan kepelatihannya di Chelsea pada musim depan pun semakin terbuka.

Semua faktor itu memberikan aura positif bagi para pemain di klub London Barat itu. Ketimbang Lampard, Herr Tuchel mampu memanfaatkan investasi besar Chelsea di awal musim. Dengan dukungan sang pemilik, Lampard membeli banyak talenta muda dan mahal. Naasnya, para talenta itu justru mandul dan menjadi salah satu faktor penting bagi Lampard dikudeta Ambramovich.

Sejak berada di tangan Tuchel di akhir Desember lalu, the Blues dengan komposisi skuad yang sama malahan mampu menorehkan prestasi terbaiknya. Herr Tuchel pun kini lebih leluasa memilih para pemainnya di tiga liga yang berlangsung bersamaan. 

Bermain tanpa penonton di masa pandemi ini tampaknya tidak menghalangi kemenangan Chelsea di laga-laga liga selanjutnya. Musim kompetisi hampir berakhir. Tropi Piala FA bakal diraih. Chelsea pun masih berpeluang melompat ke posisi tiga di Liga Premier agar masuk di Liga Champions musim depan.

Peluang Chelsea menjuarai Piala FA juga masih terbuka. Walau lawan-lawan lebih diunggulkan, namun efek Tuchel diyakini mampu membawa skuad Chelsea menjadi juara Piala Champions.

Bermain tanpa penonton di masa pandemi ini tampaknya tidak menghalangi kemenangan Chelsea di laga-laga liga selanjutnya. 

Bagi Azpilicueta dkk, teriakan-teriakan Tuchel dari pinggir lebih berarti. Pelukan Tuchel kepada N'golo Kante dan pemain lainnya seusai pertandingan tampaknya menjadi lebih berpengaruh. 

Untuk sementara, teriakan dan pelukan Tuchel menjadi penyebar semangat bagi skuad Chelsea. Tidak perlu menunggu riuh-rendah para penonton yang entah kapan memenuhi stadion lagi gegara pandemi ini. 

Siapa tahu, efek Tuchel membawa Chelsea jadi juara Piala FA dan, bahkan, Liga Champions 2021:) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun