Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berkurangnya Mall sebagai Tempat Jalan-jalan di Yogyakarta

14 April 2021   23:45 Diperbarui: 15 April 2021   00:12 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bakpia25.com

Untuk apa mall, khususnya di bulan Ramadhan ini? Lalu, apakah selama bulan puasa ini juga akan 'berpuasa' mengunjungi mall? Di masa puasa dan pandemi ini, kita semua tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Justru di masa pandemi ini, termasuk di bulan puasa ini, mall dapat menjadi alternatif bagi beberapa kegiatan rutin.

Melalui bahasan ringan tentang mall ini, tulisan ini melihat mall sebagai tempat jalan-jalan yang mulai 'hilang' gegara pandemi ini. Mall sudah menjadi tempat jalan-jalan. Orang mulai menggunakan mall sebagai tempat untuk menghabiskan waktu ketimbang cuma work from home (wfh) di rumah. Atau melakukan wfh itu di mall ketimbang tersekat di kamar-kamar rumah atau, bahkan, kamar kost. Bahkan, banyak orang beralan-jalan berkeliling mall seperti berolah raga:) 

Ini tentu saja tidak dimaksudkan untuk bergantung, apalagi menghamba, pada karya agung kapitalisme sebagai pengganti pasar-pasar tradisional itu. 

Dalam konteks besar, suasana umum pandemi pada saat ini sebenarnya masih sama seperti tahun lalu. Meski begitu, beberapa hal 'kecil' menunjukkan kenyataan berbeda. 

Ini sekedar melihat perubahan di sekeliling kita saja. Sesuatu yang di permukaan mungkin hanya merupakan dampak ikutan dan bertahap dari pandemi, namun sebenarnya perubahan itu memberikan akibat sosial besar bagi banyak orang yang hidup dari mall.

Di Jogja, mall-mall mulai menyepi. Kota kecil ini memiliki banyak mall. Sebut saja: Lippo Mall, Sleman City Hall, Ambarukmo Plasa, Jogja City Mall, Malioboro Mall, J-Walk Babarsari, Hartono Mall, dan seterusnya. Walau tidak semua mall sepi, namun kebanyakan ke arah itu. Konon, satu hingga dua mall akan ditutup saking sepinya pengunjung dan pembeli.

Mall-mall itu ditinggalkan para pengunjung setia-nya. Sebagian besar dari pengunjung itu adalah mahasiswa. Satu kampus sebesar dan seluas UGM kabarnya bisa berkapasitas hingga 30 ribu mahasiswa. Tambahkan jumlah itu dengan berbagai kampus besar dan kecil di sekitarnya. Ada UNY, UIN, UII, UMY, UAJY, dan seterusnya.

Mereka tumplek-blek tinggal di banyak rumah kost atau mengontrak rumah-rumah. Ada juga yang tinggal di beberapa asrama mahasiswa di pinggir-pinggir kampus. Sejauh-jauh lokasi di pinggir kampus itu tetaplah berada di kota kecil bernama Yogyakarta.

Pada bulan-bulan awal pandemi, semua itu terasa biasa. Setengah tahun berlalu mulai terasa dampak pandemi. Kini setahun lebih situasi seperti itu memberi dampak besar bagi banyak mall itu. Kota-kota lain mungkin juga mengalami situasi serupa.

Mall itu sebenarnya sangat penting di jaman pandemi yang sudah memasuki tahun kedua ini. Pandemi memang masih menyebar, walau manusia sudah mulai memahami 'perilaku' virus Corona. 

Namun begitu, banyak orang tetap pergi ke mall dengan protokol kesehatan. Hampir semua pengunjung mall memakai masker. Seolah ada semacam etika sosial untuk menggunakan masker di tempat-tempat umum, termasuk di mall.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun