Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nyepi: Hidup Dalam Sepi, Demi "Sepuh", Tapi Bukan "Sepah"

15 Maret 2021   22:54 Diperbarui: 16 Maret 2021   07:22 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSFlsmizJyBUuDSfZVgLkxSZI3vqdBU3ttMPg&usqp=CAU

Kaitan dengan Nyepi
Lalu, bagaimana kaitannya dengan Nyepi?
Nyepi secara longgar diartikan sebagai upaya menjauh dari keramaian. Usaha mengakrabi dan menikmati kondisi sepi, hening. Tanpa suara. Batin dikondisikan untuk terlelap, namun tidak tidur. Tetap terjaga dalam gulita.

Upaya mengalami nyepi atau sepi bisa berkali-kali, tidak cuma sehari atau dua hari. Bisa menjadi rutinitas untuk membangun keheningan batiniah. 

Kebiasaan nyepi itu membantu seseorang untuk sepuh dalam kata, pikiran, dan tindakan. Sepuh sering diasosiasikan dengan orang tua, sesepuh, atau yang dituakan. Kadang ada orang sepuh, tapi umurnya tidak setua orang kebanyakan. Orang yang bijaksana yang menjadi tempat orang meminta nasehat bagi kehidupan.

Dengan menjadi sepuh, seseorang makin tua makin bijaksana. Walaupun semakin tua, orang itu tetap berguna bagi kemaslahatan bersama. Walau sudah sepuh atau beranjak tua, orang itu tetap bisa berkontribusi bagi kehidupan politik nasional, misalnya. 

Lantas, orang yang menua itu tidak menjadi sepah atau sepa atau tidak berguna. Karena sepa, sesepuh itu layak diabaikan. Karena orang sepuh yang sepah atau sepa itu malah lebih sering menimbulkan konflik atau perpecahan.

Kondisi sepah atau sepa ini layak dihindari. Orang sepuh itu seharusnya tidak sepah atau sepa. Orang sepuh itu penuh kebijaksanaan karena pengalaman hidup yang berliku.

Oleh karenanya, Nyepi atau pengalaman menepi dalam sepi seharusnya membuat orang makin sepuh yang bijak, bukan malah sepah atau tidak berguna.

###


Sekali lagi ini sekedar intermezo. Sebuah permenungan yang sok filsafati saja. Pengetahuan mas Dab tentang filsafat itu nol besar, apalagi nilai-nilai adiluhung dalam budaya Jawa. 

Kebetulan saja mas Dab masih mengingatnya dan merasa perlu memaksa saya menuliskannya di diary ini. Apakah sepi, sepuh, dan sepah itu bermanfaat bagi mas Dab? Oya pasti. Paling tidak, mas Dab masih merasa (ny)aman menjalani hari-harinya di pusaran pandemi di kota gudeg yang tidak sepah atau sepa ini:)

Walaupun terlambat, Mas Dab dan saya mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi 2021. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun